15

2.2K 331 47
                                    

jangan lupa vote dan komen

lino terlonjak dari duduknya ketika mendengar suara lia. hal itu juga membuat sang sekretaris yang sedang memijat bahu lino tersentak kaget.

pria itu menegakkan badannya saat dia melihat lia berjalan kearah mejanya. sementara sang sekretaris menatap lia bingung.

"aku bawa makan malam buat bapak. oh iya, tadi aku telpon beberapa kali, ku kira lagi sibuk"

lia tersenyum sambil meletakkan wadah yang dia bawa di atas meja lino. dia melirik ke sekretaris lino kemudian tersenyum.

"aku lia. kaka udah makan?"

pertanyaan lia cukup santai, tapi entah kenapa hal itu membuat lino gugup setengah mati. sementara sang sekretaris menatap lino dengan kebingungan.

"be-belum"

lia senyum.

"aku bawa banyak makanan. rencananya aku mau makan sama bapak, tapi kayanya ganggu. jadi, buat kaka aja"

sang sekretaris menatap lia bingung.

"kamu udah makan?"

"udah kok, barusan"

"barusan?"

"iya barusan. makan hati"

lia menatap lino. pria itu hanya diam sambil menatap kearah lain. lia tersenyum untuk mengurangi rasa sakitnya.

"aku permisi ya"

lia berbalik meninggalkan ruangan itu. tepat di depan pintu, bahu lia bergetar. menahan sesak ketika di dalam ruangan itu membuatnya kesulitan bernapas.

wajahnya memerah.

lia segera beranjak dari sana.

"eh, lia?"

changbin yang baru keluar dari toilet melihat lia yang sedang berlari. pria itu ingin menyapa, tapi melihat air mata gadis itu membuatnya mengurungkan niat.

changbin memasuki ruangan lino dan mendapati ada sang sekretaris disana. sedikit tidak suka karena mereka terlalu dekat.

"lia abis dari sini?"

"hm"

lino hanya berdehem kecil. changbin mengerling marah ketika lino mengabaikannya dan memilih berbincang dengan sekretarisnya.

"lo apain dia sampe nangis?"

lino mendongak mendengar pertanyaan changbin.

"nangis? lo gak salah liat?"

"mata gue masih sehat. kenapa dia nangis?"

lino hanya diam. dia sedikit tidak tenang ketika tahu kalau lia menangis.

"kejar bego!"

lino beranjak dari duduknya. tapi, sebelum lino beranjak lebih jauh, telpon berbunyi. dengan cepat lino mengangkatnya.

"apa?"

"maaf pak, tapi ada kecelakaan di depan kantor. saya gak yakin, tapi korbannya mirip nona lia"

lino terdiam. menatap ke depan dengan pandangan kosong. detik berikutnya, dia berlari keluar.

secepat mungkin agar bisa menemui titik kecelakaan.

tepat ketika lino sudah sampai di bawah, ada banyak orang yang bergerombongan di sana. dengan perlahan lino berjalan kesana. menyelinap diantara banyaknya manusia.

ketakutan lino terjawab.

disana ada lia yang bersimbah darah. juga ada beberapa orang-orang yang bergerombong.

langkah lino membawanya menghampiri tubuh lia yang tak berdaya.

"hey. lia sayang. ayo bangun"

lino menunduk. memeluk tubuh lia yang lemas. tidak peduli noda darah yang sudah menodai pakaian rapinya.

"liaaaaa"

lino histeris.

tidak peduli dengan tatapn prihatin orang-orang. dia seperti itu sampai changbin menghampiri dan ambulance datang membawa tubuh lia agar di tangani ke rumah sakit.

maaf kalo gak ngefeel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf kalo gak ngefeel. soalnya aku gak bisa bikin adegan yang sad sad gitu 😭😭

🖇KIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang