Sooyoung yang panik langsung keluar kamar, mengintip dari balik tembok lantai dua ke arah ruang tamu dekat tangga. Memang benar, ada Kim Namjoon di sana! Pria itu sedang duduk bersama Papanya di ruang tamu. Sudah rapi dengan kemeja putih dengan blazer hitam yang bagian depannya sedikit mengkilap. Rambutnya dirapikan ke belakang.
Sooyoung bahkan benci mengakui, dibandingkan tujuh tahun yang lalu, penampilannya sekarang looks extremely fine dengan aura pembawaan yang maskulin dan dewasa.
"Namjoon sejak kapan pulang ke Jakarta? Kok kamu nggak pernah ngasih tahu Mama kalau sudah ketemu lagi? Katanya dia jadi atasan kamu di kantor, ya?" Mamanya tiba-tiba berdiri di samping Sooyoung dengan tangan bersedekap, merecokinya dengan pertanyaan beruntun.
Ini dia alasan Sooyoung tidak pernah menceritakan kepulangan Namjoon. Selain karena Sooyoung sudah tidak mau berurusan kembali dengan lelaki itu, dia tahu betul mamanya pasti akan merecokinya dengan pertanyaan-pertanyaan, atau bahkan lebih buruknya ingin menjodohkannya lagi!
"Buat apa sih, Ma. Kan keluarga kita udah nggak ada hubungan lagi sama mereka."
"Nggak ada hubungan dari mana? Walau pun pertunangan kamu sudah batal, mamanya Namjoon tetap teman baiknya Mama lho, kalau kamu lupa."
"Ya kalau gitu kenapa Mama nggak tanya sama tante Kim aja? Kenapa musti Sooyoung yang kasih tahu duluan?"
"Loh! Kok kamu malah jadi marah sama Mama?" Tante Park menghela napas, tidak habis pikir dengan kelakuan putrinya, "Sudah! Sudah! Mending kamu cepat ganti baju. Mama tahu betul kamu kalau dandan lama, kayak putri Solo saja. Sudah ditunggu Namjoon di bawah."
"Nggak ada yang nyuruh dia jemput Sooyoung, Ma. Lagian resepsinya jam enam, masih dua jam lagi. Siapa suruh dia datang awal."
"Ya makanya kamu cepetan sekarang. Kasihan nak Namjoon nungguin kamu dari tadi, lho."
Sooyoung mengerucut sebal. Mamanya rupanya tidak pernah mengerti bahwa keputusannya enam-tujuh tahun yang lalu untuk memutuskan pertunangannya dengan Namjoon artinya dia sudah tidak mau berurusan kembali dengan pria itu, mau pun keluarganya—walau pun Sooyoung tahu dia cukup egois karena kedua orang tua mereka saling bersahabat.
Sooyoung tak menggubris Mamanya. Dia masuk kamar dan mengunci pintu. Mengeluarkan ponsel, berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi saat tangannya mengetik di ponselnya.
Park Sooyoung : bapak ngapain di rumah saya?
Sooyoung menunggu dengan cemas. Sepuluh detik kemudian, ponselnya bergetar pendek.
SPAM [blocked soon] : jemput kamu.
Park Sooyoung : saya kan brngkt dng teman saya.
SPAM [blocked soon] : memang dia jadi antar kamu?
Sooyoung memicing.
Park Sooyoung : bapak tau saya gk jadi brngkt sama teman sy?
Setelah itu, ponselnya bergetar panjang. Namjoon meneleponnya. Sooyoung yang sebal langsung mereject. Lalu satu pesan muncul kembali.
SPAM [blocked soon] : Ngobrol nya di bwh saja.
Namjoon tidak menjawab pertanyaan terakhirnya. Sooyoung jadi curiga. Bukannya ge-er, tapi sudah pasti barang tentu ada yang mencurigakan di sini! Logikanya, Namjoon tidak akan datang menjemputnya setelah kemarin lusa mendengar langsung di elevator bahwa Sooyoung akan berangkat dengan Eunwoo.
Sooyoung memilih untuk tidak membalas pesan terakhir Namjoon dan bersiap-siap. Begitu keluar kamar, dia turun ke lantai bawah. Papanya masih asyik ngobrol dengan Namjoon. Sesekali bahkan tertawa. Kelihatan seru sekali. Sedangkan Mamanya tidak kelihatan. Mungkin sibuk di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET ENEMY✔
FanfictionSpin off Touch It. Tujuh tahun yang lalu, Kim Namjoon di mata Park Sooyoung hanyalah seorang cowok playboy kelas kakap pembawa masalah yang terpaksa harus terikat pertunangan dengannya. Sekarang, setelah tujuh tahun berlalu dan hubungan mereka resmi...