8. Pertemuan Tak Terduga

3.6K 789 106
                                    

"Tante nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini, lho. Kamu apa kabar, Sooyoung? Sudah lama tante nggak ketemu. Berapa tahun ya... Enam-tujuh tahun, ya?"

Sooyoung tersenyum kikuk. Bingung. Saat ini, dia sudah duduk di ruangan kerja Namjoon bersama lelaki itu dan Tante Kim—mamanya Namjoon. Dengan wajah sumringah, beliau langsung mengajaknya masuk ke dalam ruangan saat tahu Sooyoung berada di hadapannya.

Bekerbalikan dengan Tante Kim, Sooyoung panik. Otaknya kalang kabut. Sama sekali tidak pernah terlintas di otaknya akan bertemu dengan anggota keluarga lelaki itu—yang dulu pernah hampir menjadi calon mertuanya! Bagaimana bisa tidak pernah sekali pun terlintas di kepalanya akan bertemu dengan keluarga pria itu, mengingat kantor ini adalah bisnis keluarga Namjoon?

"Iya, tante. Sudah lama nggak ketemu." Sooyoung memaksakan seulas senyum, diam-diam melirik ke arah Namjoon yang sedari tadi menahan senyum gelinya melihat tingkah Sooyoung.

Wah, ini disengaja atau bukan?

"Kamu apa kabar, sayang? Lama nggak ketemu sekarang makin cantik, ya. Mirip sekali dengan mama kamu saat muda dulu."

"Makasih, tante. Saya baik. Tante sendiri?"

Tante Kim terkekeh, "Ya begini-begini saja," lalu detik detelah itu melirik ke arah putranya penuh arti, "Kamu sejak kapan kerja di sini? Kenapa Namjoon nggak pernah cerita, ya?"

"Aku baru tahu setelah join kantor, Ma. Iya kan, Sooyoung?"

Entah kenapa, Sooyoung merasa aneh dengan cara Namjoon menyebut namanya yang penuh penekanan.

"Saya bahkan nggak tahu kalau kantor ini punya keluarga tante." Sooyoung merasa harus menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman yang merugikan dirinya di sini!

Lagi-lagi Namjoon menahan senyum. Sooyoung memicingkan mata, diam-diam mencibir melihat pria itu ikut duduk bersama mereka berdua seakan menjadi penonton di antara mereka. Apa maksudnya tersenyum-senyum begitu?

"Kalau pun tahu juga nggak apa-apa, sayang. Malahan tante bisa sering ketemu kamu juga di sini dong, ya. Kapan-kapan kita bertiga mungkin bisa makan siang bersama, ya. Ajak orang tua kamu sekalian, tante sudah lama nggak ketemu Mama kamu."

"Boleh juga, Ma," Namjoon tiba-tiba menyahut. Senyum sopan mempesonanya tersungging. Tapi entah kenapa Sooyoung merasa dia tersenyum seperti iblis saat matanya menatap ke arahnya, "Nanti biar saya hubungi Mama atau Papa kamu."

Sooyoung membelalak. Loh! Loh! Enak saja!

"Pak, nggak perlu. Nanti biar saya saja yang kasih tahu Ma—"

"Loh, kenapa panggilnya pakai bapak?" Tante Kim tiba-tiba menyela, "Ini kan di luar jam kantor. Kamu santai saja, Sooyoung. Nggak perlu terlalu formal. Tante juga yakin Namjoon nggak mempersalahkan. Iya, kan?"

Lagi-lagi Sooyoung tersenyum kikuk. Dari sudut matanya, dia tahu Namjoon mengangguk pelan seraya menatapnya dengan sebelah alis terangkat, seakan-akan mengatakan apa coba saya bilang?

"Iya—tante." jawab Sooyoung, mau tidak mau.

Setelah itu, Sooyoung diliputi rasa canggung luar biasa. Entah disengaja atau tidak, sejak tadi Tante Kim hanya membicarakan mengenai kebersamaan dan kedekatan mereka tujuh tahun yang lalu, terutama saat-saat dimana dirinya dan Namjoon masih terikat tali pertunangan.

Sedangkan Namjoon? Sooyoung bahkan sejak tadi sudah memberi kode dengan pelototan matanya ke arah lelaki itu untuk membantunya keluar dari suasana super canggung ini, walau pun pada akhirnya harus kecewa karena sepertinya pria itu sedang tidak berada di pihaknya.

SWEET ENEMY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang