Mau tahu apa yang lebih buruk dibanding mendapatkan SP dari Mahadewi—alias si nenek lampir? Bagi Sooyoung, hanya ada satu. Atau lebih tepatnya, hanya ada satu orang yang dapat menghancurkan harinya dalam sekejap.
"Kamu ternyata olahraga di sini juga?"
Double shiiit!
He is here! Bos barunya—alias mantan tunangan—alias Kim Namjoon yang tengah berdiri di atas treadmill tepat di samping kanannya, dengan kaos olahraga hitam tanpa lengan yang memperlihatkan lengan kekar berotot yang sama sekali tidak pernah Sooyoung lihat tujuh tahun lalu.
Sooyoung sama sekali tidak habis pikir. Bagaimana bisa dari banyaknya tempat fitness di Jakarta, bahkan dari sekian banyak Celebrity Fitness di Jakarta, harus di sini! Pantas saja, setahun yang lalu feeling Sooyoung sudah aneh saat tim mereka memutuskan untuk sign up member di sini, padahal dulu Sooyoung sempat menganjurkan untuk sign up di Grand Indonesia!
"Loh, Pak... Namjoon? Kok..."
"Kaget, ya? Saya juga kaget ketemu kamu di sini."
Sooyoung mengernyit karena sama sekali tak menemukan jejak keterkejutan di wajah Namjoon. Yang ada, lelaki itu malah kelihatan sedang menyembunyikan senyum gelinya. Huh?
"Baru-baru ini saya lagi cari tempat fitness dan kebetulan tempatnya dekat apartemen saya jadi saya langsung join di sini," Namjoon menjelaskan walau pun Sooyoung tak bertanya, "Sudah berapa lama kamu jadi member di sini?"
Alih-alih menjawab, Sooyoung lebih memilih menanyakan pertanyaan yang saat ini sedang berkeliaran di kepalanya, "Kenapa bapak.... bisa di sini?"
Sebelah alis Namjoon langsung terangkat, "Ya menurut kamu buat apa orang ke tempat fitness selain olahraga?" sebelum detik setelah itu mendengus dengan senyum miring anehnya, "Kenapa? Kamu jangan ge-er ya ngira saya sengaja fitness di sini karena ngikutin kamu."
Sooyoung membuka mulutnya, namun sedetik kemudian menutupnya kembali untuk menahan emosi dan kata-kata kasar yang hampir saja keluar dari mulutnya. Fitnah yang sungguh tidak berdasar! Senyum sopan Sooyoung yang dibuat-buat tersungging.
"Bapak tenang saja. Saya pastikan hal seperti itu nggak akan terjadi," Sooyoung sengaja menekan kata bapak entah sudah yang ke berapa kalinya semenjak pertemuan pertama mereka, untuk menegaskan garis formal di antara mereka.
"Kamu santai saja, ini di luar kantor. Kenapa harus panggil saya bapak segala? Memang saya bapak kamu?"
"Karena bapak bos," Sooyoung membuka tangannya ke arah Namjoon, "Dan saya pegawai," sebelum meletakkan tangannya di dada, menunjuk dirinya sendiri, "Saya nggak mau bapak lupa itu. Demi kepentingan bersama."
Ada jejak senyum di muka Namjoon namun beberapa detik kemudian, lelaki itu tersenyum sopan.
"Fine. Terserah kamu saja kalau begitu."
Namjoon menekan tombol timer, speed, dan berat badan di layar touch screen treadmill sebelum berlari dengan kecepatan penuh. Sooyoung mengernyit, diam-diam melirik ke layar treadmill Namjoon. Timer empat puluh lima menit, speed 10mph. Sooyoung hampir menganga.
Seriously?
Batas kecepatan yang bisa Sooyoung toleransi bahkan hanya sampai 7.5mph. Lebih dari itu, Sooyoung pasti sudah susah mengatur pernapasannya. Atau lebih buruknya, dia bisa pingsan—mengingat dia punya riwayat kesehatan darah rendah. Ditambah lagi, Namjoon berlari selama lebih dari tiga puluh menit.
Sooyoung berdeham kecil. Rasa penasaran mengalahkan rasa kesal dan gengsinya. "Bapak... biasa olahraga?"
Namjoon mulai berlari perlahan sebelum makin cepat, "Kenapa?"
Beliau bertanya seraya mengatur napasnya yang agak tersengal-sengal, yang entah mengapa membuat Sooyoung merasa sangat tidak nyaman—ditambah penampilan pria itu dengan celana training pendek berlogo nike serta kaos tanpa lengan, memperlihatkan otot biseps yang terbentuk jelas di sana.
Arrgh!
Sooyoung mungkin sudah gila. Tapi untuk sepersekian detik, dia sempat berpikir he looks extremely hot running in that outfit with his messy hair.
"Itu, speednya," Sooyoung menunjuk layar penunjuk, "Apa nggak kecepatan? Memang... kuat lari hampir sejam begitu?" ada nada meremehkan dalam kalimat Sooyoung.
Namjoon melirik sekilas, "Kamu meragukan saya?"
Oh, sangat. Anda tujuh tahun yang lalu bahkan terlalu malas untuk beranjak dari sofa, apalagi doing heavy sport seperti ini, Pak Namjoon yang terhormat!
"Nggak begitu. Kayaknya berat saja lari di kecepatan segitu," Sooyoung mencari-cari alasan, "Seingat saya dulu bapak jarang suka olah raga."
Ada kernyitan di kening beliau sebelum ekspresinya tampak normal kembali, "Kamu boleh tunggu saya sampai selesai kalau kamu nggak percaya."
Sooyoung menyunggingkan senyum sopan yang dibuat-buat, "Tidak terima kasih, Pak. Waktu saya lebih baik dipakai untuk ini," Sooyoung menunjuk layar treadmillnya.
Dia baru sadar lima belas menitnya yang berharga untuk membakar kalori ternyata terbuang sia-sia hanya untuk menanggapi beliau. Setelah itu, Sooyoung memasang earphone yang terhubung dari ponsel ke telinganya sebelum berlari dengan kecepatannya.
"Park Sooyoung."
Namjoon memanggil, masih berlari di tempatnya. Tapi Sooyoung tidak menoleh, fokus berlari. Pria itu tiba-tiba mendengus dan tersenyum kecil. Matanya terarah kembali ke depan.
"Tujuh tahun, kamu bahkan nggak tanya gimana kabar saya, setelah tujuh tahun," dia bergumam pelan, seperti berbicara dengan diri sendiri, "Selalu sia-sia, ya?"
Yang Namjoon tidak tahu, sejak tadi tidak ada sama sekali musik yang menyala di ponsel Sooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET ENEMY✔
FanfictionSpin off Touch It. Tujuh tahun yang lalu, Kim Namjoon di mata Park Sooyoung hanyalah seorang cowok playboy kelas kakap pembawa masalah yang terpaksa harus terikat pertunangan dengannya. Sekarang, setelah tujuh tahun berlalu dan hubungan mereka resmi...