20. Nostalgia

2.9K 565 97
                                    

"Ini ada acara apa nak Namjoon ke sini, ya? Sooyoung kamu juga kenapa pakai rapi? Mau kemana?"

Butuh beberapa detik selama Mama Sooyoung bingung dan berpikir keras sebelum ekspresinya berubah total—yang semula bertanya-tanya kini melongo dengan wajah penuh keterkejutan.

"Halo, tante. Apa kabar? Maaf saya baru bilang kalau mau ke sini. Saya mau jemput Sooyoung." Perkataan Namjoon seakan memberikan petunjuk bahwa apa yang dipikirkan Mama Sooyoung saat ini benar adanya.

"Iya, tante baik, Nak Namjoon. Tunggu sebentar... Mama nggak mau salah paham ya, Sooyoung. Kamu keluar diam-diam akhir-akhir ini, termasuk sekarang, ada nak Namjoon di sini sedang jemput kamu... kalian sebenarnya ada apa? Bukan cuma hubungan kerja, kan?"

Sooyoung meringis melihat jejak senyum di wajah kedua orang tuanya. Kalau begini, Sooyoung jelas sudah tidak bisa membuat alasan lagi. Dia sudah tertangkap basah hampir pergi kencan dengan Namjoon. Pada akhirnya dia menghela napas. Sesaat sebelum menjawab, Namjoon berinisiatif untuk memulai.

"Saya dan Sooyoung memang sedang jalan tante."

Mama Sooyoung memicing, "Jalan itu maksudnya... kalau anak jaman sekarang sebutnya pacaran kan, ya?"

Namjoon tersenyum dan dengan senang hati menjawab, "Benar, tante. Saya sama Sooyoung memang sudah pacaran."

Sooyoung meringis melihat respon Mamanya yang tersenyum lebar, senang bukan kepalang. Mamanya bahkan sampai menutup mulut dengan kedua tangan beliau seraya melihat Sooyoung dan Namjoon bergantian, "Ini serius? Kamu dengan Nak Namjoon?"

"Papa juga kaget tadi waktu lihat Namjoon ke sini," Papanya berkomentar.

"Loh, dari kapan?" tanya Mamanya.

"Baru sebentar, Ma. Sekitar satu bulanan," jawab Sooyoung.

"Satu bulan dua puluh dua hari, tante. Hampir dua bulan," Namjoon menambah penjelasan Sooyoung, yang disambut senyum penuh arti kedua orang tua Sooyoung.

"Astaga, pantas ya, Sooyoung akhir-akhir ini kalau berangkat kerja jarang pakai mobil sendiri. Kalau malam minggu selalu pergi. Pergi dengan nak Namjoon ternyata. Kok kalian berdua nggak bilang ke kami? Mama Papa kamu sudah tahu, Namjoon?"

"Belum, tante. Sooyoung-nya minta dirahasiakan sementara. Jadi saya belum kabarin mereka."

Tante Park memicing ke arah putrinya, "Kamu ini juga kenapa pakai disembunyikan segala. Tahu begitu dari dulu bisa adakan acara makan keluarga."

Sooyoung meringis menghindar secepat mungkin saat Mamanya melotot dan hampir mencubit lengannya, "Ya ampun, Ma. Sooyoung juga nggak bilang karena tahu respon Mama bakal heboh. Iya kan, Pa?"

Papanya tertawa, "Sudah-sudah, ini kalian berdua jadi pergi, tidak?"

Oh, iya. Sooyoung tidak tahu betapa dia berterima kasih kepada Papanya karena mengingatkannya agar segera pergi dari sini sebelum Mamanya bisa makin menjadi heboh lebih dari sekarang.

"Iya, ini juga sudah mau pergi. Ayo. Keburu malem, Jakarta kalau malam minggu macet lho," Sooyoung menyenggol lengan Namjoon.

"Hari biasa juga macet," Namjoon tersenyum sopan sebelum pamit kepada kedua orang tua Sooyoung, "Kami pergi dulu tante, om."

"Hati-hati. Jangan pulang terlalu malam, ya."

Namjoon rupanya memarkirkan mobilnya cukup jauh dari rumahnya. Kira-kira sampai berjarak lima rumah. Sooyoung terkekeh geli begitu mereka berdua masuk ke dalam mobil Pajero Hitam Namjoon.

"Kok ketawa?" tanya Namjoon seraya memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil.

"Lucu aja. Kamu parkirnya kurang jauh."

SWEET ENEMY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang