6. First Failed 2

419 60 6
                                    

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

"Gue? Pacar lo?" tanya Cakra lagi. Anyelir mengangguk mantap. Ia mengalihkan pandangannya pada Stefanye yang tiba-tiba berdiri dari kursinya. Diam-diam, Anyelir tersenyum tipis. Entah kenapa melihat wajah Stefanye yang tampak berkava-kaca itu membuat Anyelir merasa senang. Apakah dia jahat?

"Kamu pacarnya Anyelir?" tanya Stefanye pada Cakra. Anyelir sedikit kaget, Stefanye ternyata mengetahui namanya. Padahal selama ini merka tidak pernah berbicara satu sama lain. Hanya sering berpapasan saja. Ternyata, ia terkenal juga.

Dari mata Stefanye yang berkaca-kaca, Anyelir menarik kesimpulan bahwa Stefanye adalah korban janji manis Cakra. Tidak pernah ia sangka, wajah sepolos Cakra bisa menyakiti banyak hati wanita. Nyatanya lelaki ganteng tetap memiliki kelemahan. Bersikap buruk, misalnya. How jerk you are?

"Aku? Pacar cewek kayak gini? Enggak mungkin!" tegas Cakra dengan nada merendahkan Anyelir. Anyelir berdecih. Apa maksudnya 'cewek kayak gini'? Anyelir merasa jengkel dan kesal. Mulai saat ini, ia akan memasukkan Cakra pada daftar catatan hitamnya.

"Apa-apaan? Lo sendiri yang ngajak gue pacaran. Lo yang datangi rumah gue sampai minta izin sama Papa gue buat jadi pacar lo. Lo lupa, hah? Mana janji manis lo itu? Udah basi, ya? Lo sadar gak sih? Mulut lo itu udah kebanyakan micinnya? Bikin ketagihan tapi gak bermanfaat sedikit pun!" sinis Anyelir dengan 99% dari ucapannya adalah kebohongan belaka. Jangankan datang ke rumah, saat ini saja Anyelir berada jauh dari keluarganya. Dan lagi, papanya sudah meninggal sejak lama.

Anyelir sebenarnya resah. Harus seberapa lama ia berada di sana untuk menunggu kehadiran Baleria? Harus berapa banyak cerita bohong yang harus ia rangkai? Harus berapa lama ia berdiri sementara kakinya mulai kebas? Ingin rasanya bertengkar adu mulut sambil duduk saja, kakinya benar-benar kebas.

"Lo mimpi, hah? Kapan gue ngelakuin hal itu?" tanya Cakra tampak emosi.

"Lo punya berapa cewek lagi sih di luaran sana? Sampai lupa sama momen kita? Lo lupa kita udah lewatin masa-masa itu? Mana lo yang dulunya ngasih gue bunga tiap pagi? Mana lo yang dulunya sering jemput gue buat berangkat kuliah bareng? Mana lo yang selalu ngomong lembut ke gue? Mana lo yang dulu?" isak Anyelir.

Sungguh, Anyelir tidak tahu bahwa aktingnya akan sejauh ini. Menangis? Apa ia terlalu menghayati perannya? Ia merangkai kata yang nyatanya bualan semata. Sungguh, yang ia bicarakan sekarang adalah kutipan dari sebuah novel yang pernah ia baca. Ia bahkan tidak menyadari bahwa sebegitu bagusnya ia memainkan peran hingga menangis. Mungkin setelah ini, ia akan melamar pekerjaan sebagai artis. Minimal pemeran sampingan.

Anyelir menarik kursi di bawah meja dan mendudukinya. Ia menutup kedua wajahnya yang basah dengan air mata buaya itu. Memperlihatkan betapa rapuhnya dia karena telah disakiti. Padahal, di dalam hati Anyelir bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk duduk. Sungguh, kakinya kebas.

Anyelir merasakan sebuah tangan yang mengusap bahunya. Itu pasti Stefanye. "Aku enggak nyangka kamu bisa nyakitin Anyelir sejauh ini, Ka."

Suara Stefanye terdengar penuh kekecewaan. Anyelir mengusap air matanya dan memandang ke arah Cakra. Lelaki itu mengacak-acak rambutnya. Terlihat frustrasi. Emangnya enak? Makanya jangan suka selingkuh. Kena 'kan?

"Gue bukan pacar lo! Gue gak kenal elo! So, berhenti buat gue kelihatan brengsek di depan Efa!" ucap Cakra masih keukeuh. Anyelir tidak peduli. Lagipula dengan kebohongan ini, Stefanye tahu keburukan Cakra. Walau ia tidak menyukai Stefanye, alangkah baiknya jika ia membantu gadis itu agar tidak dipermainkan oleh lelaki. Dia adalah pejuang wanita!

Anyelir beranjak dari kursinya dan menghadap Cakra dengan kedua tangan bertumpu di pinggangnya. Ia mengelap kasar air mata dengan punggung tangannya sendiri. Menatap Cakra dengan tatapan menantang.

"Lo masih mau ngelak gimana lagi? Lo itu pacar gue!" tegas Anyelir.

"Kenapa gue harus jadi pacar lo?" balas Cakra dengan sinis.

"Karena elo udah nembak gue!"

"Hah? Apaan? Di mana? Di man ague tembak lo?"

Cakra mencengkram bahu Anyelir lalu memutarnya, seolah sedang mencari di mana letak luka akibat tembakannya. Gemas, Anyelir mencubit pinggang Cakra hingga lelaki itu melepas cengkramannya dan meringis kesakitan.

"Pokoknya elo pacar gue!" tegas Anyelir tidak mau kalah.

"Bukan!"

"Pacar gue!"

"Bukan!"

"Pacar—"

"Lovata!"

Anyelir dan Cakra menoleh ke sumber suara. Anyelir cukup kaget saat melihat sosok Baleria bersama lelaki. Siapa yang dibawa Baleria? Apakah Baleria ingin mengenalkan pacar barunya pada Cakra? Inikah alasan Baleria lama tiba?

Jika dilihat-lihat, pacar baru Baleria sangat tampan. Baleria beruntung mendapatkan lelaki-lelaki berwajah luar biasa di sekitarnya. Bolehkan Anyelir merasa iri? Tapi bukankah saat ini ia juga dikelilingi oleh mereka?

"Bal ..."

Anyelir tidak melanjutkan ucapannya saat melihat wajah sendu Baleria yang sedikit menunduk. Gadis itu terlihat pasrah saat tangan digenggam erat oleh lelaki di sebelahnya. Apa perasaan Anyelir saja bahwa Baleria terlihat tidak senang? Tapi kenapa? Apa karena merasa bersalah telah membawa pacar baru di depan Cakra? Anyelir melirik wajah Cakra yang tidak lagi menampakkan keterkejutannya. Ada apa dengan raut aneh mereka semua?

"Kamu Lovata?" tanya lelaki yang berada di sebelah Baleria saat tiba di hadapan Anyelir dan Cakra.

"Lovata? Anyelir?" gumam Cakra yang masih bisa didengar oleh Anyelir, tetapi gadis itu mengabaikannya. Kenapa pula Cakra tidak marah pacarnya digandeng oleh lelaki lain? Bukankah Baleria mengatakan bahwa pacarnya sangat protektif?

"Iya, aku Lovata."

Lelaki itu mengulurkan tangannya. Baleria terlihat mengalihkan pandangannya.

"Kenalkan, saya Cakrawala Angkasa. Pacar Baleria."

Anyelir membulatkan bola matanya. Apa-apaan ini? Kenapa namanya sama dengan Cakra? Anyelir menampakkan wajah bingungnya.

"Kamu tidak perlu melakukan apapun lagi. Karena Baleria tidak akan saya putuskan sampai kapan pun. Mengenai lima juta itu, saya akan tetap mengirimkannya ke rekening kamu."

Syok. Anyelir tidak bisa mendeskripsikan apapun saat ini. Ia terlalu kaget. Apa maksudnya?

"Baleria ...."

Baleria mendesah frustrasi.

"Dan untuk kamu, Baleria. Mulai sekarang, kamu enggak akan lepas dariku," ucap Cakrawala penuh penekanan. "Tenang, misi kamu akan tetap saya anggap berhasil. Usaha kamu tidak dianggap gagal. Saya percaya, jasa kamu tidak pernah gagal. Kalau begitu, kami pamit dulu. Semoga sukses, Lovata," sambung Cakrawala yang ditujukan pada Anyelir.

Baleria dan Cakrawala perlahan berjalan menjauh meninggalkan Anyelir dengan permasalahan barunya. Sukses apanya? Tidak gagal? Ini pertama kalinya ia gagal dan juga malah mendapat masalah baru.

Anyelir tahu, ia harus segera mengambil langkah seribu. Namun, belum sempat terealisasikan, tangannya lebih dahulu ditahan. Anyelir mengalihkan pandangannya pada Cakra yang saat ini tersenyum penuh misteri padanya.

"Kenalin, nama gue Antariksa Cakra Dewangga."

Sialan!

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠) 

Frobly-Mobly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang