15. Jealous?

357 40 7
                                    

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Woi!”

Berdecak, Anyelir mempercepat langkahnya. Tak ada niat sedikit pun untuk menoleh pada lelaki yang mengejarnya. Ia sedang menghindari lelaki itu.

“Woi!”

Grep!

Anyelir mengembuskan napas dengan kencang. Ia kalah cepat dengan lelaki itu. Dibalikkannya tubuh menghadap pada Antariksa, diiringi cengiran.

“Eh, elo. Ngapain? Bisa lepasin, nggak?”

Anyelir mencoba melepaskan lengannya dari cengkraman Antariksa, tetapi lelaki itu tampaknya tidak berniat melepas sama sekali.

“Apa-apaan ini? Lepasin, nggak?” Kali ini Anyelir memelototi matanya dengan nada mengancam.

“Lo ngehindar dari gue lagi, ya?” Akhirnya manusia berambut acak-acakan itu bersuara. Anyelir pangling, penampilan yang agak semrawut pun, Antariksa tetap ganteng.

“Hoi!”

Gadis itu tersentak dari lamunan singkatnya. Lantas ia mencubit tangan Antariksa hingga lelaki itu memekik. Dijulurkannya lidah karena berhasil melepaskan diri.

“Jangan kabur lo, ya!”

Dengan cepat Antariksa kembali menarik tangan Anyelir. Gagal sudah. Padahal Anyelir sudah ancang-ancang untuk mearikan diri. Seperti yang Antariksa tebak, dia memang ingin menghindar dari lelaki itu.

“Jangan ngehindar mulu, tugas lo belum siap. Sebelum lo kelarin masalah hubungan gue dan Stefanye, jangan harap lo bisa kabur.”

“Aih! Gue enggak kabur, kok!” elak Anyelir.

“Lah, terus?”

“Males aja lihat muka lo mulu. Di mana-mana ada lo mulu perasaan,” dengus Anyelir menunjukkan wajah bete-nya.

“Lah, seingat gue, udah hampir seminggu sejak ngantarin elo ke kos, kita enggak ketemu. Gimana ceritanya ketemu gue mulu?” tanya Antariksa dengan kernyitan di dahinya.

Anyelir mendadak menyadari sesuatu. Ia membuang wajahnya ke sembarangan tempat. Maksudnya itu sebenarnya adalah bayang-bayang Antariksa yang selalu menghantuinya. Jika menurut Restika, ia mengalami gejala-gejala orang jatuh cinta. Jantung yang berdebar saat bertemu doi, terbayang-bayang wajahnya di mana pun dan kapan pun itu, hingga berusaha menghindarinya. Oke, poin terakhir sengaja Anyelir lakukan agar ia tidak khilaf. Gejala jatuh cinta? Bullshit

“Ya maksud gue itu, gue sering lihat lo di perpus! Ya, perpus,” ucap Anyelir gelegapan. Perpus apaan? Nginjak kaki di depan perpus aja jarang. Selama empat semester kehidupan perkuliahan, ke perpustakaan bisa dihitung dengan jari.

“Seminggu ini gue enggak ke perpus, tuh!”

“Ah, udahlah. Jangan ribetin. Lo ke sini mau ngapain?” Anyelir bersedekap, mengalihkan pertanyaan agar Antariksa tidak membahas hal tersebut.

Frobly-Mobly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang