(◍•ᴗ•◍)
Anyelir berdecak kesal karena teleponnya belum diangkat oleh Restika. Ia tidak akan sepanik ini jika saja ia tidak menyimpan kunci motornya di tas Restika. Restika memiliki kebiasaan buruk, yaitu meninggalkan orang lain dan bagian terparah adalah pelupa. Restika bisa lupa jika ia pergi dengan Anyelir ke acara Festoon. Dan ia juga akan lupa jika Anyelir menitipkan kunci motor padanya.
Anyelir berdecak kesal. Ia tidak menemukan Restika di sudut mana pun. Parahnya lagi, ia kesulitan menemukan Restika dikarenakan banyaknya pengunjung yang datang. Suatu hal yang lambat Anyelir sadari. Untuk pertama kalinya, ia melihat banyak orang yang datang setelah hari ketiga pembukaan acara Festoon. Kenapa bisa seramai ini?
Tidak ingin menyerah begitu saja, Anyelir mencoba menerobos pengunjung-pengunjung yang memadati jalan. Ia harus menemukan Restika. Karena bagian terparah dari semua ini pun dimulai, perut Anyelir mulas. Sialan!
Dengan sepenuh tenaga yang ia punya, Anyelir pun menyeret langkahnya. Ia bisa saja memilih ke toilet terlebih dahulu, tetapi sudah pasti Restika tidak bisa ditemukan lagi. Karena tinggal satu tempat yang belum ia periksa, yaitu stan lukis. Benar saja, batang hidung Restika sudah ia temukan. Gadis berbaju cokelat itu sedang tertawa bersama kakak tingkat mereka. Anyelir tidak heran jika Restika bersikap terlalu terbuka dan ramah kepada siapapun. Tetapi tidak untuk meninggalkannya dengan kekhawatiran!
Baru saja ingin menghampiri Restika, langkah Anyelir terhenti seketika. Ia terpaku pada sosok lelaki berkacamata dan bertopi hitam itu. Lelaki yang dipandanginya memakai kemeja kotak-kotak dengan paduan kaos hitam, serta celana jeans yang melekat di tubuhnya menambah kesan maskulin yang menggetarkan jiwa. Lelaki itu terlihat sedang memotret sesuatu dengan kamera di tangannya. Sejauh yang Anyelir duga, yang dipotret oleh lelaki itu adalah lukisan Anyelir!
Untuk pertama kalinya, Anyelir merasakan sensasi dari yang sering-sering disebut orang lain sebagai 'love at first sight'. Entah bagaimana jantungnya menabuh bak gendang. Ia merasakan sengatan listrik yang bisa melemaskan tubuhnya. Sensasi panas-dingin yang membuat tubuhnya gemetar. Anyelir mulai bertanya-tanya, se-alay inikah jatuh cinta?
Entah apa yang mendorong Anyelir untuk menghampiri lelaki itu. Tanpa disadari, ia sudah berdiri di sebelah lelaki bertopi itu. Perlahan, Anyelir mendongak ke sebelahnya. Satu pernyataan tambahan informasi yang masuk ke dalam deskripsinya mengenai lelaki itu, yaitu perawakan sang lelaki yang tinggi. Anyelir meneguk salivanya dengan sulit. Lelaki itu belum menyadari kehadirannya. Beruntunglah baginya untuk menikmati pemandangan ciptaan Tuhan yang satu itu.
"Hei!"
Anyelir membeku di tempat. Ia merasa lelaki itu yang mengeluarkan suara tadi. Namun, siapa yang ia panggil? Apakah Anyelir?
Anyelir segera membuang wajahnya ke arah lain. Ia berpikir lelaki itu mungkin sedang memanggil orang lain. Ia tidak mau terlihat bodoh hanya karena menyangka lelaki yang ia sukai itu memanggil dirinya.
"Hei!"
Anyelir kaget. Kali ini lelaki itu tidak hanya memanggil seseorang, tetapi juga mencolek bahunya. Anyelir berpaling ke arah lelaki itu. Benar saja, lelaki itu sedang memperhatikannya. Itu artinya panggilan tadi memang untuk Anyelir.
"Ya?"
"Lo anak jurusan Seni Murni?" tanya lelaki itu dengan suara yang terdengar lembut di telinga Anyelir. Gadis itu sempat kehilangan kendali diri, sebelum akhirnya ia menggeleng.
"Oh, bukan anak SeMu. Fakultas Desain juga?" tanya lelaki itu lagi.
Anyelir mendesah pelan. Ia terlalu bodoh karena menikmati pemandangan indah di sebelahnya. Akibatnya, ia malah menggeleng tatkala lelaki itu menanyakan apakah ia anak SeMu alias Seni Murni atau bukan. Terlanjur basah, maka berenang sekalian.
"Bukan," sahut Anyelir membuat lelaki itu manggut-manggut.
"Gue kira lo anak SeMu," ucap lelaki itu dengan nada kecewa.
"Emang kenapa?" tanya Anyelir memberanikan diri.
"Gue penasaran banget sama orang yang ngelukis itu," sahut lelaki itu lalu menunjuk ke arah sebuah lukisan yang terpajang di sana. Lukisan yang terdapat inisial ASL. Lukisan yang merupakan buatan Anyelir sendiri.
"Itu ... kenapa lo penasaran?" tanya Anyelir lagi. Ia penasaran apakah lelaki itu berniat untuk bertemu pelukisnya?
Pertemuan yang sangat manis dan romantis. Lelaki itu terpesona dengan sang pelukis dan ingin bertemu dengannya. Lalu pertemuan itu akan menjadi benih-benih awal sebuah cinta. Terakhir, mereka berdua berpacaran. Dewi Venus tidak lagi sendirian. Khayalan yang luar biasa, kan?
"Lo mau ketemu pelukisnya?" tanya Anyelir sangat antusias bahkan sebelum lelaki itu sempat menjawab. Lelaki itu tersenyum miring. Anyelir ingin loncat-loncat rasanya karena mendapat senyuman manis itu. Sungguh, ia merasa meleleh seketika.
"Iya, gue mau ketemu pelukisnya ...," Anyelir sudah menduga hal itu dan ia tersenyum lebar, "... buat bilang kalau lukisan dia itu merusak mata."
What the ....
Anyelir menganga lebar. Lelaki itu menyentil dahinya membuat Anyelir sadar dengan mulut terbuka itu. Buru-buru ia menutup kembali mulutnya gara tidak ada lalat yang masuk ke dalam sana.
"Kenapa lo bilang rusakin mata?" tanya Anyelir mecoba menutup emosi yang mulai memuncak.
"Oh itu ... lo liat deh, lukisannya enggak bagus sama sekali. Enggak kelihatan hidup. Kurang menjiwai kali ya si pelukisnya? Awal gue foto kirain kamera gue yang rusak, soalnya gambarnya blur. Eh, ternyata emang lukisannya yang rusak," kekeh lelaki itu membuat Anyelir mengepalkan tangannya hingga kuku-kukunya memutih.
Itu seni, Bambang! Itu seni!
Anyelir memaksa diri untuk ikut tertawa. Walaupun sebenarnya hatinya dongkol setengah mati. Baru kali ini ada yang menghina lukisannya dengan pernyataan bahwa lukisan itu buruk.
"Buruk banget, ya? Haha ...."
"Iya. Jadinya gue heran, kenapa dipajang di tengah-tengah gitu. Gemes banget gue mau ketemu sama pelukisnya," ucap lelaki itu.
"Ini pelukisnya, geblek! Di sebelah lo! Dan sampai kapan pun gue enggak mau lagi ketemu sama lo!" batin Anyelir.
Berbagai macam umpatan ingin dilontarkan oleh Anyelir. Sayangnya, ia terlebih dahulu jatuh hati pada lelaki itu hingga rela menahan kekesalan. Anyelir hanya berharap tidak bertemu lelaki itu sampai kapan pun. Menyedihkan karena lukisan terbaiknya malah dihina oleh lelaki yang ia jatuhi cinta pada pandangan pandangan pertama.
Akan sangat memalukan jika Anyelir bertemu dengan lelaki itu lagi. Apalagi jika snag lelaki akhirnya tahu siapa pelukisnya. Malu, pastinya.
"Woi, Bro!"
Seruan itu membuat Anyelir dan lelaki itu menoleh pada sesosok lelaki lain yang berdiri tidak jauh dari mereka. Lelaki di sebelahnya melambaikan tangan dan tersenyum. Entah kenapa, senyuman kali ini tidak membuat Anyelir 'meleleh'.
"Hm, gue balik dulu. See you!" seru lelaki itu lalu menyusul temannya.
Anyelir tidak menyahut apapun dan menatap kepergian lelaki itu dengan wajah muram. Ia benar-benar tidak berharap jika bertemu dengan lelaki itu.
"Huaa!!! Lukisan gue dikatain jelek sama cogan!"
(◍•ᴗ•◍)
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Frobly-Mobly
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] (ROMANTIC-COMEDY) ❤❤❤ Anyelir Sweetenia Lovata. Sesuai dengan makna namanya, Anyelir adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai "pakar cinta". Selain jasa konsultasi, Anyelir juga menerima jasa "Spy" yang...