PART 1

1.4K 54 3
                                    

Bintang mana Bintang???

Happy Reading 📖

~~💕~~

Suara dentuman musik DJ begitu keras mengisi setiap sudut sebuah club ternama di kota Tokyo, Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dentuman musik DJ begitu keras mengisi setiap sudut sebuah club ternama di kota Tokyo, Jepang. Malam semakin larut justru membuat club semakin terlihat ramai oleh pengunjung yang katanya ingin melupakan segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Nyatanya itu semua hanya fatamorgana, selepas mereka keluar dari club masalah yang sebelumnya ada tidak akan pernah hilang dengan sendirinya atau bahkan bisa jadi menambah masalah baru lagi.

Bagi pemilik club itu bukan urusan mereka termasuk juga para karyawan. Banyaknya tamu itu berarti banyak pula pundi-pundi uang yang bisa mereka hasilkan, bahkan diluar dari gaji yang memang sudah ada. Satu hal pasti, seluruh karyawan club dilarang menjual diri pada tamu, karena bagian itu sudah ada sendiri yang di khususkan.

Seorang gadis cantik dengan rambut di kuncir ekor kuda nampak begitu lihai menjalankan profesinya. Bartender. Meracik minuman demi minuman yang di pesan oleh tamu. Sesekali nampak bercakap dan bercanda dengan kawan seprofesinya, atau sesekali menanggapi obrolan pengunjung yang duduk di depan meja bar.

"Hi cantik," seorang pria dengan cambang lebatnya nampak baru tiba dan langsung duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hi cantik," seorang pria dengan cambang lebatnya nampak baru tiba dan langsung duduk.

"Hai Will," balas gadis itu dengan senyum manis. "Kemana saja duda tampan ini tidak kelihatan sejak minggu lalu?"

Pria yang dimaksud nampak terkekeh sambil menggeleng kepala. "Kau ini. Kau tau berapa usia ku tahun ini bukan, Dixie?"

"Dan hal itu tidak mengurangi pesona tampan mu," gadis itu bahkan masih sibuk dengan berbagai macam botol yang berisi jenis minuman berbeda.

"Itu berarti kamu menerima tawaranku,"

Dixie melotot. "Big No," tegasnya. Dan William malah terpingkal mendengarnya.

Mungkin. Bagi sebagian perempuan diluaran sana, tawaran itu sangat menggiurkan. Diajak menikah oleh duda kaya raya dan tampan. Dimanja dengan segala kemewahan dan kenyamanan kelas elit setiap harinya. Tidak perlu bekerja siang malam untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Semua dalam genggaman hanya dengan duduk manis dan juga... buka paha lebar-lebar, untuk si maniak seks William Russell. Dixie bergidik membayangkan.

Love Prince DemonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang