PART 4 'SANG IDOLA'

743 43 2
                                    


Happy Reading

***

Masa cutinya sudah habis. Dan Dixie harus kembali ke pekerjaan normalnya. Jelas pekerjaan dengan banyak mengandung resiko bukanlah pekerjaan wajar bagi sebagian orang. Terlebih nyawa sebagai taruhannya. Tapi demi uang ia rela melakukannya. Yang penting Ibunya tidak perlu lagi bekerja. Cukup duduk manis dirumah saja.

Kembali berbaur dengan aroma alkohol bercampur asap rokok, di iringi dentum music DJ yang memeka telinga. Meracik cairan berbagai jenis dan warna menjadi minuman nikmat bagi siapapun yang menyukai minuman itu. Dan Dixie tidak menampik sesekali ia menikmatinya juga.

"Hi, Dixie!"

Gadis berambut hitam lurus sebahu duduk di depan bar, menatapnya dengan senyum manis. Namanya Haruna, gadis yatim piatu yang berjuang sendiri dalam menjalani kehidupannya. Sahabat Dixie sejak ia pertama kali datang ke Tokyo. Haruna bekerja sebagai pelayan di salah toko roti. Sesekali akan mengambil job sambilan seperti semalam. Hidupnya bebas, tidak mau terikat dengan sebuah komitmen.

"Hi," Balas Dixie. "Mau minum?"

"Seperti biasa," Jawab Haruna. Dan dengan sigapnya, Dixie membuatkan minuman favorit sahabatnya. Vodka and Cranberry, dengan dua kali lipat takar vodkanya.

"Beruntung kemarin bayaran kita tidak di potong karena insiden pecahnya beberapa gelas," Ucap Haruna. Ia lah yang mengajak Dixie menjadi pelayan di sebuah pesta pertunangan orang kaya yang menggunakan konsep pesta topeng. Itu menguntungkan bagi mereka, karena tidak akan ada yang mengingat wajah mereka.

"Memang seharusnya seperti itu. Karena itu bukan salah kita," Balas Dixie acuh.

"Ck kau ini. Kau tau jika pengusaha lain mungkin akan meminta ganti rugi pada kita. Bisa jadi dua kali lipat," Menerima minuman yang di ulurkan Dixie lalu meneguknya sedikit.

"U... Rasanya selalu nikmat," Oceh Haruna saat minuman berwarna merah itu mengalir di tenggorokannya.

"Anggap itu keberuntungan kita," Ungkap Dixie dan di angguki oleh Haruna.

Malam itu cukup ramai, jadi Dixie di buat sibuk karenanya. Haruna yang mengerti, hanya acuh dengan menikmati minumannya seraya mengamati lantai dansa. Kali saja ia mendapat mangsa baru. Ia butuh one night stand malam ini.

Dan mata Haruna menangkap sepasang mata yang mengarah padanya, di salah satu sofa paling sudut. Oh tidak! Jika di amati lebih teliti, lebih mengarah pada sahabatnya. Namun tak lama, seseorang itu berlalu dari sana bersama dua pria lainnya. Haruna menggeleng. Mungkin ia salah lihat, pikirnya.

"Haruna!" Teriak Dixie entah yang keberapa.

Haruna berbalik dan nyengir kuda melihat raut kesal Dixie.

"Sorry," Cicitnya.

"Ck, kau ini!" Dengus Dixie.

"Kenapa? Ada apa?"

"Tidak turun?" Yang dimaksud Dixie menari di lantai dansa, berbaur dengan yang lain.

"Sebentar lagi. Oh! Aku hampir lupa, besok akan ada balapan kata Jack. Dia akan menjemputmu. Jadi kabari dia."

"Seriously?" Mata Dixie berbinar. Dia sudah rindu memacu adrenalin di dalam sebuah mobil.

"Mana pernah aku bohong. Lagi pula Jack lagi mengincar mobil baru musuhnya. Dia akan memberikan banyak uang jika kau bisa memenangkannya," Jelas Haruna.

Love Prince DemonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang