PART 17

354 35 8
                                    

Masih adakah yang setia sama cerita ini?
Terimakasih yang masih setia...
Dan
Maapken atas kehiatusannya...

Tetiba aja kehilangan feel ama cerita ini.
Jadinya harus baca ulang lagi dari awal.

Semoga kalian gak kapok ya...

Jangan lupa tinggalin jejak ya...
Bikinnya susah ini

Happy Reading

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh yang tergeletak di lantai itu, diangkat oleh Jaden. Wajahnya terlihat tenang karena tidur lelapnya, namun mata sembab bekas tangisan itu jelas sangat terlihat. Seketika rasa bersalah menyeruak dalam hati. Diletakkan perlahan diatas ranjang agar tidak mengusik tidurnya. Lalu di kecupnya lama kening Dixie, sebelum akhirnya ia berlalu menuju kamar mandi.

Suara gemericik air tak lagi terdengar, sesaat kemudian Jaden keluar hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya. Hanya dalam sepersekian detik, sebuah botol parfum melayang ke arahnya. Jaden yang menyadari hal itu dengan gesit dapat menghindari lemparan tadi. Dan botol parfum itu akhirnya menghantam pintu kamar mandi lalu jatuh dilantai. Hancur menjadi serpihan dan aromanya semerbak mengisi setiap sudut ruangan. Parfum mahal yang terbuang dengan sia-sia.

Jaden menatap datar dan dingin pada pelakunya. Dimana Dixie sudah berdiri di dekat meja rias, menatap Jaden nyalang.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Jack?" Desis Dixie.

Bukannya menjawab, Jaden malah menuju walk in closet. Untuk kali ini Dixie membiarkannya, gila saja jika dirinya sampai ikut masuk bukan?

Tak lama Jaden keluar hanya mengunakan boxer pendek berwarna putih polos. Setiap pahatan dari lekuk tubuh Jaden terlihat dengan jelas di mata Dixie. Guratan ototnya menegaskan bahwa pria ini jelas sangat kuat.

Sekelebat bayangan dirinya di tindih oleh tubuh atletis di depannya ini membuat darahnya berdesir hebat. Tanpa sadar ia menelan salivanya perlahan. Terlebih langkah Jaden yang berusaha mengikis jarak diantara mereka, membuat amarah Dixie menguap. Tergantikan rasa takut bercampur mendamba akan sosok di hadapannya ini, yang jelas sangat mengintimidasi dirinya. Sial! Hanya seperti ini saja Dixie merasa kalah. Entah ada apa dengan dirinya?

"Tidurlah!" Suara berat Jaden terdengar menggelitik di telinga Dixie.

"Tidak!" Jawabnya dengan suara bergetar.

"Tidak?"

Dixie memasang wajah menantang, seolah ia enggan mengalah. "Tidak. Sebelum kamu menjelaskan apa yang sudah kamu lakukan pada Jack."

Love Prince DemonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang