Happy Reading
***
Mata birunya yang sedingin es kutub utara dan setajam burung elang, tengah mengamati segerombolan gadis yang tak jauh dari tempatnya duduk. Dua di antara gadis-gadis itu, tengah cekcok mulut, entah apa yang mereka ributkan. Yang pasti, sang primadona sekolah sedang marah besar.
Untuk kesekian kalinya, benak Jaden bertanya hal yang sama. Apa menariknya gadis itu? Hingga membuat dirinya tidak pernah bisa berhenti menatapnya. Dari awal gadis itu masuk sekolah hingga sekarang ini. Akhir semester pertama, di kelas tiga SMA.
Percekcokan tadi berakhir dengan lengan sang primadona sekolah di cekal kuat oleh gadis yang Jaden tau bernama Dixie Anderton. Sebelum akhirnya, Dixie menghempaskan tangan Soraya, sang primadona sekolah dan pergi dari sana dengan di ekori oleh teman satu-satunya di sekolah ini. Senyum remeh yang begitu tipis terbit di bibir Jaden sepersekian detik, mengingat Dixie memilih berteman dengan gadis gemuk dengan kacamata tebalnya.
Melirik jam tangan mahalnya, Jaden beranjak dari posisinya. Berjalan menyusuri koridor sekolah yang nampak ramai aktivitas para siswa. Ujian semester pertama telah usai, jadi siswa tidak ada pelajaran resmi. Selama perjalanan sudah hal biasa jika setiap gadis yang ia lewati akan menatapnya dengan sorot memuja. Yang berani, akan menyapa Jaden dengan terang-terangan. Dan yang tidak, jelas akan mengagumi sang bintang sekolah dalam diam. Oh jangan lupakan, sahabat baik Jaden yang berjalan di sebelahnya. Mark Richardson berjalan dengan menebarkan senyum dan sejuta pesonanya. Mengerlingkan mata sesekali pada gadis yang ia lintasi sudah menjadi ciri khasnya dan ketika para gadis-gadis itu menjerit karena tindakannya, hal itu justru membuat Mark merasa bangga.
Saat melintasi ruang ekstrakurikuler taekwondo, Jaden dibuat tertarik akan sesuatu. Seorang gadis tengah berlatih taekwondo dengan teman prianya. Sontak kehadiran Jaden di ruangan itu membuat histeris para gadis-gadis yang ada di dalamnya. Dengungan para lelaki pun tak mau kalah karena merasa aneh dengan kehadiran sang bintang sekolah di tempat ekstrakurikuler mereka.
"Kau mau mendaftar ekstrakurikuler taekwondo?" Mark asal bertanya saja, sebenarnya ia sedang asyik tebar pesona disana.
Jaden tidak menanggapi, mata birunya terfokus pada satu titik. Senyum tipisnya tersungging melihat bagaimana gadis itu begitu lihainya bertarung dengan lawannya. Padahal jelas lawannya memiliki ukuran tubuh lebih besar darinya. Tak lama, anak laki-laki yang menjadi lawannya itu tumbang di atas matras.
"Lawan aku," Seru Jaden membuat ruangan itu seketika menjadi hening.
Jaden tidak butuh basa-basi, menanggalkan almamaternya lalu melepaskan tiga kancing teratas kemeja seragamnya, Jaden sudah berdiri di tempat lelaki yang tumbang tadi, tepat dihadapan Dixie. Sedangkan gadis itu menatap Jaden dengan raut muka yang sangat sulit di tebak. Begitu datar.
Mark tau Jaden sering memperhatikan gadis itu, tapi ia tak menyangka Jaden akan mengambil tindakan yang membuat dirinya semakin menjadi pusat perhatian. Karena selama ini, Jaden tidak pernah mau melakukan kegiatan remeh temeh apapun selain tentang mata pelajaran utama. Jaden bisa melakukan apapun di sekolah ini, karena Ayahnya salah satu orang berpengaruh di sekolah elit ini.
Untuk beberapa menit awal pertarungan mereka masih terlihat normal. Seperti menjaga gerakan agar lawan tidak terlalu terluka karena pukulan masing-masing. Namun semua berubah saat Dixie tumbang. Tak terima merasa kalah, Dixie menyerang Jaden dengan ilmu beladiri lainnya selain taekwondo. Jaden yang menyadari hal itu hanya mengikuti alur yang dibuat oleh Dixie. Dalam hati ia berdecak kagum, gadis dihadapannya ini ternyata ahli dalam olahraga beladiri yang beraliran keras, seperti kick boxing, muaythai dan karate. Karena jelas bukan hal mudah mempelajari semua itu, mengingat usia Dixie masih 16 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Prince Demonio
Romance(LEXDEN SERIES #2) SEQUEL JASONALEXA Saat cinta harus berjuang diantara masalalu yang tak sengaja terlupakan dan sengaja dilupakan.