PART 8

545 33 1
                                    

Happy Reading

***

Penyesalan selalu datang di akhir, memang begitulah adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyesalan selalu datang di akhir, memang begitulah adanya. Karena itu akan menjadi sebuah pelajaran berharga, untuk tidak melakukan kesalahan kedua kalinya. Jika sampai masih ada kesalahan kedua kali, ketiga kali dan seterusnya, itu bukan kesalahan namanya tapi sebuah keputusan yang di sengaja. Jelas Dixie tidak ingin menjadi seperti itu. Terlebih durhaka pada Ibunya.

Langit gelap terlihat indah dengan kerlip lampu berbagai warna di bawahnya. Membuat siapapun akan terpana dan enggan mengabaikannya. Termasuk Dixie yang melihatnya dari balik jendela pesawat yang ia tumpangi. Pesawat pribadi yang baru saja lepas landas dari Tokyo Internasional Airports ini, sangatlah berkelas dan mewah tentunya dengan di dominasi warna putih. Duduk di sofa single menatap keluar jendela. Sebuah kenyamanan di rasakan oleh tubuhnya, karena tidak harus berbaur atau mengantri dengan sekian banyak orang. Juga ia tidak perlu duduk di kursi sempit yang membatasi gerak tubuhnya.

Namun hatinya tidak merasakan kenyamanan sedikitpun. Yang ada malah rasa gelisah tak menentu. Terlalu banyak hal yang berputar dalam pikirannya. Meninggalkan kehidupan nyamannya dengan mendadak seperti ini, sungguh tidak pernah terlintas sedikitpun.

"Apa kau menyesal dengan keputusan mu?"

Tersentak, reflek ia menoleh kearah seberang ia duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tersentak, reflek ia menoleh kearah seberang ia duduk. Pria tampan dengan setelan jas hitamnya nampak meletakkan kacamatanya ke atas meja. Tatapannya begitu hangat membuat wanita manapun akan luluh karenanya.

"Tidak pernah ada penyesalan selama itu bersama Mom," Jawab Dixie lugas.

Senyum tipis di bibir merah alami itu menghiasi cambangnya yang lebat. Dixie sangat mengagumi duda tampan di depannya ini. Kedewasaannya dalam berfikir menjadikannya pria tegas namun berhati lembut. Ya walau tidak akan bisa di tampik, cap playboy yang menempel padanya. Menurut Dixie, itu sifat alamiah semata, karena William seorang pria normal dan single yang pasti butuh pelampiasan hasrat birahi.

"Will..."

"Ya?"

"Terimakasih dan maaf jika permintaan Mom sangat menyusahkanmu."

Love Prince DemonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang