Happy Reading
***
Terjebak dalam penyakit amnesia mungkin itu lebih baik bagi Dixie. Walau tidak hidup dalam kehidupan realita sepenuhnya, setidaknya ia tidak pernah lagi merasakan sakit yang tak kasat mata akibat dari masa lalu. Sungguh sakit ini begitu menyiksa.
Ketika matanya terpejam setelah terjun ke jurang karena menghindari ledakan mobil, sungguh Dixie berharap kilas balik itu tidak pernah nyata. Berharap hanya sebuah bunga tidur yang akan hilang ketika ia terbangun. Atau pilihan lainnya, bukankah lebih baik mati saja dirinya kala itu. Tanpa harus menghadapi kenyataan yang semakin membuatnya tersiksa setiap detik.
Menatap nyalang wajah tampan dengan sorot tajam dan dingin itu, yang kini sudah jauh lebih terlihat dewasa dari terakhir kali yang ia ingat. Namun nyatanya ada yang lebih mengerikan, cinta dalam hatinya masih ada, begitu besar hingga mampu membuat jantungnya berdebar kencang setiap kali berada di dekat Jaden. Walau ia berusaha keras menutupinya dengan kebencian juga amarah karena rasa kecewa telah di khianati. Nyatanya, cinta dalam hatinya tak pernah pudar sedikitpun. Seolah ada alasan besar kenapa cinta itu tak mau pergi.
Sedangkan Jaden hanya menatap sekilas pistol yang mengarah padanya. Lalu kembali menatap Dixie begitu dalam. Tak lama ia menyeringai.
"Sudah aku duga," Ujarnya pelan namun begitu dingin. "Kau bersembunyi karena ingatan mu kembali."
Bola mata Dixie membulat. Jelas ia tidak tau, bahwa Jaden yang sekarang sudah jauh lebih pintar dari dulu. Dixie juga merutuki ingatannya yang bisa lupa, bahwa Jaden seorang ketua mafia yang terkenal cerdik dan licik. Persis seperti Ibunya. Alexa Daniel.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Gertak Dixie.
Bukannya takut, Jaden justru melangkahkan kakinya sambil terkekeh. Mengikis jarak walau moncong pistol sudah menempel di dadanya. Bahkan ia bisa merasakan pistol itu bergetar. Semakin yakin kalau Dixie tak kan sanggup menarik pelatuknya.
"Kenapa tidak kau tanyakan pada William?"
Kening Dixie berkerut.
"Wi-William? Dia tidak tau apapun."
Baiklah! Dixie mengakui bahwa aura yang menguar dari diri Jaden memang sangat mengerikan. Tanpa sadar ia beringsut. Keberaniannya seperti uap dari hasil rebusan air yang terhempas hembusan angin, lenyap tak berbekas.
"Kau tidak lihat, malam itu William berada di dekatku? Hm!"
Dixie mulai menggali ingatannya. Detik demi detik dari setiap kejadian yang ia alami malam itu. Tapi ia tidak menemukan. Mungkin karena rasa kecewa dan takut yang bercampur menjadi satu. Membuat tatapan matanya hanya tertuju pada Ayah dan Kekasihnya saja kala itu.
"Ini jelas tidak ada hubungannya dengan William. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa kau membunuh Ayahku, Jaden?"
Jaden menyeringai. Tersenyum geli karena melihat mimik wajah Dixie ketika marah. Dan itu sungguh menggemaskan. Bibir mungil yang begitu imut. Jaden masih ingat bagaimana terakhir kali ia mencium bibir itu. Walau hanya sesaat tapi mampu membuat gejolak dalam tubuhnya.
"Aku tidak membunuh Ayahmu."
"Bohong!!" Sanggah Dixie dengan teriakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Prince Demonio
Romance(LEXDEN SERIES #2) SEQUEL JASONALEXA Saat cinta harus berjuang diantara masalalu yang tak sengaja terlupakan dan sengaja dilupakan.