42. Baik, kan?

3.6K 425 1
                                    

Kamu rasanya mau tarik kata kata terima kasih mu tadi untuk oknum yang udah gedor gedor pintu rumah kalian. Pasalnya itu adalah Om Leeteuk, papanya Doyoung.

Gak masalah kalau cuma Om Leeteuk aja yang datang. Tapi orang yang ngekor di belakangnya itu lho. Si galak tampan.

Jadi panas dingin sekarang badan mu.

"Doyoung, Om" kata Doyoung saat menjabat tangan papa mu. Mukanya semi jutek gitu. Sejenis galak, tapi dipaksain senyum.

"Yuk, sekalian ikut makan aja. Udah lama ga ngumpul gini. Kakak, buatin makanannya ya" perintah papa mu.

Kamu jalan rada kikuk. Tapi ya udah, dari pada nanti papa marah, bagusan diturutin. Awalnya kamu ngasih ke Om Leeteuk dengan biasa aja. Sambil senyum juga. Tapi giliran ngasihin ke anaknya, kamu jadi ragu ragu. Jadi mikir, "emang dia mau nerima makanan dari aku?" gitulah.

Tapi biar papa ga curiga, kamu sodorin aja piringnya cepat cepat, terus kamu lanjut makan. Kalau yang tadinya kamu suka senyum, sekarang harus berpikir dulu mau senyum atau enggak.

"Doyoung ini satu sekolahnya anak mu, lho" kata Om Leeteuk. Masih kamu pantau aja kemana topik ini bakal berlanjut.

"Kalo gak salah juga Doyoung pernah cerita kalau anak mu ikut ekskulnya. Tapi kok kayak gak kenal gitu ya tadi?"

Hah, kan.

Ini rasanya kamu mau pergi aja, biar gak kepancing sama topiknya. Kamu mau lihat reaksi Doyoung, tapi udah ketebak duluan. Pasti rautnya datar. Lagian sepenting apa sih kamu sama dia sampe dia harus keluarin ekspresi lebih?

Duh, kamu jadi miris sendiri.

"Gimana, kak? Gak kenal sama Doyoung?" sekarang giliran papa mu yang nanya.

Kamu senyum dulu,"hehe, kenal kok, pa".

"Terus kenapa diam diaman aja?"

Kamu memutar akal. Takut takut jawaban sebenarnya terucap.

Lagi berantam, pa

Aku dikeluarin, pa

Kak Doyoung udah punya pawang, pa

Kak Doyoung ga suka sama aku, pa

Kak Doyoung benci aku, pa

"Ih, papa gimana sih. Kan kalo junior ketemu senior pasti punya rasa segan dong. Itu yang aku rasain"

Papanya Doyoung ketawa, "Doy, apaan sih aturan ekskul kamu tuh, lebay banget" katanya sambil nepuk pundak anaknya.

Sedangkan Doyoung cuma senyum geregetan ke papa mu. Tapi berterima kasih juga dalam hati, mengingat dia gak harus ngomong panjang lebar kasih penjelasan ke papa mu, kalau sebenarnya Doyoung ngusir kamu dari ekskul.

Kak Doyoung, aku baik kan?

Katamu dalam hati waktu lihat senyum tipis Doyoung, walau bukan untuk mu.

Bagaimana? ¦ [kdy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang