[FIN]: Bukan yang Terakhir

5.4K 408 3
                                    

Sejak ceramah Taeyong, kamu berusaha buat baik baik aja. Berusaha gak menunjukkan reaksi apa apa ketika Doyoung lewat. Berusaha tahan senyuman waktu Doyoung dengan gagahnya memimpin barisan pas upacara.

Karena semua memang ada saatnya.

Kamu punya orang yang bisa taruh kepedulian lebih dari pada Doyoung. Walaupun kamu masih mau peduli untuk dia.

Tapi enggak,

mau kamu paksakan sampai gimana pun Doyoung gak akan paham sama perasaan mu. Doyoung gak akan mau hitung berapa banyak air mata mu yang keluar.

"No, Mark. Aku berusaha gak suka lagi sama Kak Doyoung"

"Kedengarannya bagus. Tapi kenapa?"

Kamu menggeleng lemah. "Aku gak bisa suka sama orang yang pintar, Mark. Orang pintar itu otaknya selalu fokus. Fokus ke hal yang jadi targetnya. Kalau sudah dapat keinginannya, dia bakal pakai otak pintarnya itu untuk menyingkirkan hal hal yang menurut dia menghalangi ke rencananya selanjutnya. Kamu pasti ngerti kan?"

Memang sesuai dengan realita mu.

Doyoung itu pintar. Dengan mudahnya dia mengelak dari semua gombalan cheessy mu, dan malah buat kamu jadi korbannya.

Sejauh itu kamu kapok ngalus lagi.

Setelah ini kamu akan berhenti menjadi seorang pahlawan yang berjuang. Sudah waktunya istirahat, kan?

Kamu pernah baca di buku dongeng, gak pernah ada seorang putri yang mengejar pangerannya. Kalaupun ada, mereka akan berakhir sama sama berjuang. Tapi sekali lagi, ini kisah mu. Kenyataan hidup mu yang bukan hasil dikte orang lain.

Bagi mu juga ini bukan penyesalan, bukan juga menjadi yang terakhir. Kamu tetap akan mencoba, tapi kamu belum menentukan waktunya. Kamu belum bisa tebak kapan dirimu siap lagi.

"Trus harapan kamu kedepannya gimana, cil?"

Kamu senyum manis.

"Ya aku masih mau berteman sama mas bule dan kingkong wakanda lah" deretan gigi mu nampak jelas. Kenyataannya kamu juga sedang coba membangkitkan percaya diri mu lagi.

"Trus soal Doyoung?"

"Ah itu..." kamu mengusap tengkuk mu. Masih canggung juga kalau bahas Doyoung.

"Kemarin aku ke gereja, Mark. Kemarin itu di sana sepi, aku suka. Trus aku berdoa sama Tuhan. Kamu mau tau apa?"

Mark mengangguk. Perasaannya juga ikut campur aduk melihat senyuman kamu yang gak bisa dia terka.

"Aku berdoa supaya hati ku beku aja. Aku belum mau punya perasaan. Aku... masih takut. Tapi enggak permanen kok, cuma sementara aja. Mungkin sampai aku bisa menerima semua kejadian ini"

Mark mengangguk.

Benar dugaannya.

Mungkin itu juga artinya dia akan kehilangan kesempatan.

"Semoga hatinya cepat sembuh ya, cil!" Mark mengusak rambut mu.















































































[FIN]


Hayolo udah tamat nih, masih gantung gantung pula.

Bagaimana? ¦ [kdy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang