"Mana centernya ini?!"
Kamu mendelik ke arah Doyoung. Gak tau tapi semakin kesini Doyoung makin kejam. Bukan ini yang kamu mau. Cukup rasanya kamu lihat Doyoung senyum ke Sera, jangan kayak gini di hadapan kamu.
"HEH! SINI TURUN KE LAPANGAN! GA USAH SOK YA, SAYA GAK AKAN BUJUK KAMU KE SITU"
Ini kamu bingung gimana caranya cari kekuatan. Mark lagi izin karena harus jemput mamanya ke bandara.
Kamu berakhir jalan ke lapangan. Kepala kamu masih tetap menunduk, untuk sekarang kamu sadar kalau anggota Paskibra lainnya makin benci lihat kamu.
"Mau apa? Saya suruh kamu ke barisan kan!"
Iya. Kamu bukan ke barisan mu, melainkan ke hadapan Doyoung. Masih dengan kepala yang menunduk dan tangan yang meremas rok.
Kamu mendongak, coba melihat Doyoung dengan lekat. Kamu tersenyum tipis, mungkin kesannya adalah tersenyum miris.
"Kak Doy..."
Kamu menarik napas, coba meringankan beban di dada mu.
"Maaf kak, maaf banget. Tapi tolong kak, jangan sekasar ini. Kalau kakak sangat benci saya, kakak boleh jauhkan saya dari kakak. Tapi kak, jangan halangi saya untuk suka sama kakak-"
Getir, badan kamu panas rasanya. Tangan kamu semakin meremat rok mu.
"Saya gak menuntut apapun dari kakak. Harus berapa kali lagi saya sakit kak? Tanpa interaksi dari kakak aja sudah cukup untuk saya. Tanpa menunggu balasan dari kakak saya sudah tersenyum. Tanpa berbicara panjang dengan kakak sudah buat saya bahagia.
Terus kenapa kak, kenapa sekarang kakak harus membatasi perasaan saya juga? Selama ini saya juga capek kak, pura pura iseng padahal saya serius. Saya capek sedih kemudian harus berubah ceria lagi. Saya lakukan semuanya di hadapan kakak.
Lalu apa saya salah cuma berjuang sendiri?"
Sekuat apapun kamu tahan, pada akhirnya air matamu lolos juga. Cepat cepat kamu usap dengan kasar.
"Maaf kak, saya menangis hehe" kamu menunjukkan lagi senyum konyol itu.
"Biar saya berjuang selayaknya itu rutinitas saya kak. Mungkin ini pelajaran paling berharga untuk saya. Saya tau saya gak bisa paksakan perasaan kakak. Tapi kakak juga gak berhak jatuhkan saya lebih dalam lagi. Kakak gak berhak membuat saya terlihat rendah.
Cukup hargai saya dengan diam. Dengan itu saya tau kapan waktunya saya lelah, saya mundur"
Kamu menangis kencang. Mungkin besok akan terdengar lagi kabar 'cewek menjatuhkan harga diri di hadapan cowok'. Tapi kamu sudah lelah, ada saatnya kamu harus mengungkapkan beban itu.
"Saya murahan ya kak-"
Kamu menangis tertahan. Membuat Doyoung makin tegang. Mungkin dia lagi mencerna semuanya. Mungkin dia belum pernah melihat seseorang menangis langsung di hadapannya. Apa lagi itu perempuan.
"Tapi jangan dibenci"
Kamu sudah pasrah. Berhadapan langsung dengan orang yang kamu suka tapi dia membenci kamu.
"Dek- oh, kamu Doyoung rupanya. Saya tau apa aja yang kamu lakukan ke adik saya. Saya gak akan kasar karena saya bukan kamu, si banci! Tapi kamu cuma perlu tau, begitu kamu menyingkirkan seseorang, kamu akan kembali mengundang orang tersebut masuk ke pikiran mu lagi!"
"Bahkan adik saya jauh lebih gentle dari pada kamu" Taeyong tertawa sinis. Kemudian bawa kamu pergi dengan keadaan sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana? ¦ [kdy]
Fanfic[Completed] Aku suka kak Doyoung, tapi kak Doyoung udah punya pacar. Ya udah dipendam dulu. Start: September 6, 2019 Finish: January 22, 2020