Bagaimana? ¦ [kdy]

36. Doesn't Exist

"Kok gitu sih, Mark?"

"Ya lagian aku gak mau lah. Gak ada partner aku lagi disana, buat apa latihan?"

"Kan gak harus ada aku. Disana banyak teman satu tim kita yang bisa kamu ajak berteman"

"Ya gak bisa secepat itu. Kamu lho yang bawa aku ke ekskul itu, artinya kamu teman pertama ku. Teman pertama itu gak bisa diabaikan gitu aja"

Kamu menyisir rambut kamu yang mulai rontok itu ke belakang. "Mark, tapi nanti kamu dimarahin dia" katamu perlahan.

"Ya baguslah. Sekalian aku keluar, sekalian juga aku ceritain ke anggota lain kalau dia itu ketua yang gak becus"

Kamu mengusap wajah kamu dengan kasar. Gak kayak gini yang kamu mau. Kamu berharap keluarnya kamu itu gak bawa pengaruh apapun ke anggota lain. Kamu takut dianggap masih pengganggu walaupun udah gak berada di zona sekitar Doyoung.

"Mark, please. Jaga nama baik ekskul, jadi anggota yang konsisten"

Mark tersenyum miring, "nama ekskul itu memang udah rusak karena ketua bajingan itu. Apa lagi yang perlu dijaga?".

Kamu nunduk, menahan diri buat gak nangis. Karena demi apapun, kamu masih gak suka ketika orang lain menyebut Doyoung bajingan. Karena yang kamu tau kamu lah yang jadi sumber masalahnya.

"Oke kalau kamu kayak gitu. Nanti sore aku temanin ekskulnya"

Giliran Mark yang bingung.

"Gak, gak perlu. Kamu udah dibuat sakit hati kok masih mau aja kunjungin ekskul itu?"

Kamu menggeleng tegas.

"Aku bukan mau ngunjungin ekskul itu. Tapi mau nemenin Mark yang keras kepala ini. Aku gak mau ya keluarnya aku itu malah bawa pengaruh buruk ke ekskul, ke anggota lainnya. Biar ini cuma kita aja yang tau"

Sekarang Mark sadar, hati kamu memang sangat penyayang. Bahkan untuk orang yang udah buat kamu gak baik baik aja. Artinya, semakin kamu disakiti, makin sering kamu menyiksa diri dengan berbuat baik ke orang lain.

Sampai Mark dapat kesimpulan yang lain,

makin susah juga Mark bikin kamu nyaman untuk jatuh kepadanya.

The heart that you are calling doesn't exist.
Keep try it in another situation.