39. Menyesal?

3.9K 434 3
                                    

"Doy?"

"..."

"Doyoung?"

"..."

"Doy, kamu baik baik aja" Sera berusaha sabar menghadapi pacarnya yang sekarang kelihatan agak kacau. Sejak dibubarkannya latihan tadi, Doyoung sama sekali gak lemasin rahangnya. Bawaannya mau ngamuk aja.

"Ser, tolong jangan ajak aku bicara dulu. Aku takut kelepasan"

Singkat, tapi Sera tau kesimpulannya. Dia memutuskan diam sejenak. Tapi setelah 15 menit berlalu, dia jadi gak betah sendiri. Ya lagian, di sebelahnya ada orang tapi gak saling bicara.

"Doy, udah dong. Kamu kenapa diam gini, hm?"

Udah gatal banget rasanya tangan Sera mau getok kepala Doyoung. Cuma ditahan dulu, nanti eksekusinya.

"Doy-"

"Sera, aku gak suka ada orang yang pacaran waktu ekskul ku. Kamu paham kan? Dan tadi si Mark itu sok banget, pake acara teriak pula"

Kan, udah ketebak sama Sera.

"Gimana ya Doy, aku takut aja bilangnya"

Doyoung beralih jadi penasaran sama omongan Sera selanjutnya.

"Kamu... merasa nyesal gak sih ngeluarin anggota yang kesalahannya aja gak jelas?"

Sera jadi takut, mata Doyoung udah sinis banget.

"Kenapa nanya gitu? Kamu dibicarain apa aja sama dia?"

Sera menggeleng, "gak ada".

"Jangan bawa topik dia lagi. Dia sengaja ku keluarin biar gak ada hama, tapi masih aja kamu bahas"

Sera bersyukur omongan Doyoung barusan cuma didengar olehnya. Gak bisa dibayangin gimana kalau kamu langsung yang dengar itu.

"Doy, aku rasa hubungan kita ini juga salah kalau kamu sangkut pautin ke ekskul. Kita juga melanggar aturannya"

Doyoung berdecak. "Ngomong apa sih?"

"Doy, aku gak tau apa yang ada di pikiran kamu sekarang atau semalam. Tapi aku rasa kamu bukan benci sama  gangguan adik kelas kita itu. Kalau memang kamu benci, kamu akan muak cuma ngelihat kehadirannya tadi. Tapi kamu gak sama sekali demikian. Kamu cuma risih sama manisnya dia ke Mark. Am I right?"

"Doy, kamu gak harus keluarin dia untuk menghilangkan gangguan. Kamu cuma perlu fokus sama pilihan kamu aja. Karena kamu gak pernah mempertimbangkan gimana sakitnya hati dia karena omongan kamu yang gak berotak itu"

Deep.

Terlalu tajam untuk menyentil akal pikiran dangkal Doyoung selama ini.

"Coba pikirin gimana kalau aku berada di posisi dia, Doy. Aku yang harus terpaksa senyum dengan omongan kamu yang kasar, aku yang coba dekatin kamu, tapi keburu di black list dengan cara yang bahkan menjatuhkan harga diri. Dan aku juga yang harus tetap senyum menghadapi kamu, walaupun aku sakit hati dibuat kamu. Bisa bayangin jadi dia?"

Doyoung terdiam. Berusaha mencerna khotbah pacarnya itu. Dia berusaha ngambil kesimpulannya.

Tapi...

Gak mungkin!

"Coba pertimbangkan Doy"

Sera pergi ninggalin dia.

Bagaimana? ¦ [kdy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang