49. Berharga

4.4K 427 9
                                    

"Huuuuu"

"Hiks.. Hiksss"

"Srooottt"

Taeyong menghela napas lihat kamu yang gak kelar kelar nangisnya. Terhitung satu setengah jam kalian duduk di tempat makan, dan kamu sama sekali gak berhenti nangis.

Udah Taeyong beliin chicken wings, kulit ayam punya dia udah dibagi ke kamu, soda juga udah ditambahin sama dia, juga gak mempan berhentiin kamu.

Jujur, Taeyong pengen nampol kepala mu sekarang juga.

"Dek, ya tuhan. Sampe maghrib belum habis juga air matanya?"

"Ini kalo dilihat Haechan bisa dinistain dek"

"Atau abang telepon aja Haechan?"

"Deeek udah dong aihhhh"

Bukannya gimana, kalau kamu nangis yang korban juga Taeyong. Muka cakep titisan anime, tapi bajunya bekas ingus kamu. Mau diletak dimana kegantengannyaaaa?

"Abang makan aja kulitnya ya"

"ABAAAAANG HUAAAAAA"

Kamu dengan beringasnya mukul tangan Taeyong yang hendak ngambil kulit ayamnya.

"Makanya abang bilang diam! Gak kasihan apa sama diri sendiri? Emang si duyung duyung itu peduli kalau kamu nangis kayak gini?"

"Abaaang, namanya Doyoung"

"Terserah ya. Dengar abang" Taeyong menarik pundak mu biar menghadap ke dia. Dia nguyel pipi kamu yang lengket gak karuan karena bekas air mata.

"Papa sama abang mungkin pernah buat kamu nangis, sakit hati, atau kecewa. Tapi selama itu yang terbaik buat kamu, air mata kamu keluar dengan alasan yang berharga. Sekarang coba si Doyoung itu? Dia bentak kamu, dia marah marahin kamu sampai nangis. Apa yang kamu dapat? Kamu yakin dia peduli?

Dek, air mata kamu itu terlalu berharga buat nangisin orang yang gak pedulian kayak dia. Tolong lah, kalau mau nangisin orang itu yang selektif dikit. Selagi kamu bisa baik baik aja, ngapain harus nyiksa diri sendiri?"

Taeyong merapikan anak rambut kamu yang jatuh. Omongan Taeyong ada benarnya. Sejauh ini yang kamu rasakan memang cuma berdampak ke kamu. Doyoung belum tentu ikut rasain. Kamu jelasin sampai mulut mu berbusa pun kalau dia gak peduli gak ada gunanya.

"Kamu adek kesayangan abang, anaknya mama papa yang paling berharga, kakaknya Haechan yang paling baik. Jadi stop, kita masih punya rasa sayang jauh lebih baik dari pada Doyoung. Kamu keluarga kita yang paling tangguh. Jangan kayak gini lagi, oke? Kalau Doyoung gak bisa perlakukan kamu dengan biasa aja, kita bisa perlakukan kamu luar biasa. Oke adeknya abang?"

Bibir kamu bergetar, mau coba senyum tapi air matanya keburu terjun lagi. Ujungnya nangis lagi.

"HUHUUUU ABANG KU PUITIS BANGET. MAKASIIIIIH"

Bagaimana? ¦ [kdy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang