Hening.
Sekarang mereka semua sedang duduk dengan tenang di meja masing-masing setelah terjadi keributan sedikit tadi.
"Gue jamin, kelas ini bakalan jadi kelas terheboh yang pernah ada," ucap Elma di depanku.
Kelas terheboh katanya? Hahaha, nggak mungkin! Mereka semua di sini itu otak emas, pasti jaga image gitulah, ya. Jadi nggak mungkin bakalan jadi kelas terheboh.
Kecuali untuk lelaki bernama Folandia dan Furqon itu. Ya, tadi Elma memberitahuku nama asli mereka. Jadi aku bisa tau namanya berkat Elma.
Tak lama kemudian, terdengar suara seperti bunyi ketika ada kereta api yang ingin melintas. Sebentar, kok ini kesannya seperti berada di sekolah luar negeri begitu, sih?
"Itu suara bel."
Aku tahu! Aku bukan anak TK yang baru diajari satu ditambah satu sama dengan dua.
Seketika semua murid yang tadinya berada di luar langsung masuk ke dalam kelas. Kelas yang tadinya hening, kini menjadi berisik karena suara grasak-grusuk mereka yang entah ngapain.
Hening lagi.
Sepi.
Henin-
"WOY! JANGAN DIEM-DIEM NAPA! CANGGUNG BANGET, NJIR."
"Iya, nih. Kita, kan kelas. Bakalan jadi keluarga, jadi jangan canggung banget," sahut Furqon.
"Keluarga, entar yang jadi ayah ibunya gue sama Elma, ya?" celetuk Folandia.
Aku langsung menoleh terkejut ke arah Folandia.
Eh?
"Cialah, temennya Elma juga langsung nengok, tuh."
Aku langsung kembali menatap ke depan. Pura-pura nggak denger ucapan yang terakhir itu. Tapi, aku nengok, kan karena terkejut lho, ya. Kok bisa, sih Elma mau-mau aja sama lelaki begitu?
"Eh, gaes. Kayaknya gurunya datengnya lama, deh. Konser aja, yuk!" ajak gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu.
"AYO!" sahut Folandia paling nyaring.
"Hei, sini-sini. Untung gue bawa speaker, nih. Mau nyanyi lagu apa?" tanya gadis yang rambutnya digerai.
"JARAN GOYANG, KUY!"
"JANGAN, SYANTIK AJA."
"UDAH, MENDING LAGU 'SALAH APA AKU' AJA."
"JIJIK, ANJIR. JANGAN!"
"YAUDAH, LAGUNYA ZASKIA GOTIK AJA."
Sumpah, ini kelas atau pasar ayam? Mereka teriak-teriak begitu seakan-akan sedang berada di hutan dalam jarak yang sangat jauh.
Entah sudah berapa lama mereka berdebat begitu hingga akhirnya lagu yang mereka pilih adalah 'Jaran Goyang'. Bego, emang.
"Apa salah dan dosaku sayang cinta suciku kau buang-buang."
"Asek asek jos!"
"Lihat jurus yang kan kuberikan, jaran goyang, jaran goyang."
"Ayo digoyang, Mang!"
Tok ... tok ... tok ....
Seketika mereka langsung berlari ke sana kemari dan duduk di tempatnya masing-masing dengan tenang. Seolah tadi tak terjadi keributan apa pun.
Aku sedikit terkekeh kecil melihatnya. Mereka benar-benar terlihat seperti seorang anak yang ketahuan mencuri mangga di rumah orang.
Kemudian, datanglah sosok guru lelaki yang terlihat begitu berkharisma. Aku mendengar semua ucapan perempuan yang seperti terkagum-kagum pada sosok guru itu disertai dengan cibiran para lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [REVISI]
FantasySequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia empat belas tahun pada umumnya. Tetapi, seketika semuanya berubah. Iya, berubah. Tidak, bukan berubah dunianya yang berubah. Tapi, aku sel...