17. Bintang Aquarius

2.7K 240 14
                                    

Aku merasakan sinar matahari yang entah melewati mana. Aku membuka mataku perlahan. Benar saja, sinar matahari itu langsung menyambutku disertai hawa hangatnya.

Lalu aku menutup mataku lagi. Ternyata, mataku tak sanggup menampung cahayanya. Butuh waktu yang lama juga agar mataku terbiasa dengan sinarnya yang tiba-tiba datang begitu.

"Kau sudah bangun?"

Baiklah, sepertinya selain mataku yang membutuhkan proses untuk terbuka, sekarang pendengaranku juga memerlukan proses agar bisa mendengar dengan baik.

"Sepertinya dia sudah bangun."

"Tapi matanya masih terpejam begitu."

"Hah? Apakah dia mati?!"

"Hush! Tidak mungkin!"

"Tapi dia sudah lama tidak sadarkan diri."

"Lihat, perutnya masih naik turun begitu. Artinya dia masih bernafas."

"Oh ya? Begitukah cara manusia bernafas?"

"Aku membacanya di buku, ya begitu."

Apa ini, heh?! Kenapa mereka berisik sekali?! Tidak bisakah mereka berpikir untuk terdiam sebentar saja? Tidak tahukah mereka ada orang yang sedang ingin tidur di sini, heh?!

"Kenapa ya cara manusia bernafas berbeda dengan kita?"

"Mereka menghirup oksigen. Sedangkan kita bukan menghirup oksigen."

"Arrgghhh," rintihku dengan kesal sambil mencoba menutup telingaku.

"Eh?"

"Ha?"

"Kau sudah sadar, Nona?"

"Sepertinya dia gila."

Terkutuklah pada orang yang mengatakan aku gila.

"Tidak. Dia tidak gila, Torty."

"Ah, aku yakin dia gila, Senior."

"ARRGHHH ...." Aku langsung bangun dalam sekali sentakan. Kalian tahu rasanya? Sakit sekali. Tulangku yang tadinya utuh, kini rasanya telah hancur semuanya. Kepalaku bahkan langsung pusing dalam sekejap. Aku memegangi kepalaku, dan memejamkan mataku mencoba menahan pusingnya.

"Apa kau baik-baik saja, Nona? Apa ada yang sakit?"

"Tidak, aku tidak baik-baik saja. Ya, kurasa pendengaranku sangat sakit di sini. Baru saja sadar, aku langsung disambut oleh suara-suara yang sangat menyebalkan," jawabku.

"Apa?! Suara menyebalkan kau bilang?!"

"Ya, yang itu. Itu suara yang sangat-sangat menyebalkan," tuturku jujur.

"Aisshh!"

Entah bagaimana, tiba-tiba aku dapat merasakan seseorang menyentuh pucuk kepalaku, mengelusnya perlahan. Entah apa yang dilakukannya, tapi itu membuat pusing di kepalaku sedikit mereda.

Dia pun menarik tangannya kembali. "Bagaimana, Nona? Apakah sudah mendingan?"

Aku membuka mataku perlahan. Melihat dua lelaki asing yang berada di samping ranjang yang kutiduri ini. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Tapi ...." Aku menjeda sebentar, "bisakah singkirkan suara menyebalkan tadi? Dia mengataiku gila seolah dia sendiri tidak gila saja," lanjutku sambil menatap mereka berdua dengan sinis.

"Apa katamu?! Kau yang gila! Lagi pula, orang waras mana, sih yang sudah tidur sampai seminggu, heh?!" tutur salah satu lelaki asing itu.

Lelaki asing dengan ujung telinga yang runcing, hidung yang mancung, kulitnya yang sangat putih bersih, memiliki mata bulat dengan iris berwarna emas, alis yang tebal, serta rambutnya yang hitam pekat.

New World [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang