Nasib baik memang tidak menimpaku saat ini. Ketika aku sampai kelas tadi, aku lupa membawa topi SMP-ku. Aku sudah menanyakan ke seluruh teman sekelasku, dan mereka sama sekali tidak ada yang membawa topi dua.
Ah, kenapa nasibku sial sekali?
Baiklah, tidak apa-apa. Palingan nanti aku hanya akan dihukum saja. Hukumannya juga paling hanyalah bersih-bersih, berdiri di tiang bendera, atau lari sampai lelah. Paling tidak jauh-jauh dari itu.
Tidak apa, itu menyenangkan, kok. Aku juga dulu selalu dihukum saat aku SD sampai SMP, bahkan pernah kena skors karena point-ku hampir habis. Kalau bukan karena kepintaranku, mungkin aku sudah pindah ke SMP lain.
Ketika sampai di lapangan upacara, aku melihat banyak sekali yang memakai topi. Aku berusaha mengabaikan semua itu. Lalu aku memasuki barisan teman-teman sekelasku.
Namun, tiba-tiba saja tubuhku langsung diputar paksa dari belakang oleh seseorang yang aku tidak tahu siapa itu. Otomatis, itu membuat tubuhku mengarah ke belakang dan berhadapan dengan si pelaku tidak sopan ini.
"Lain kali, pakai topinya! Gue nggak terima alasan nggak ke bawa lagi!"
Kulihat ia langsung memberikan topi yang ada di tangannya padaku lalu menaruhnya di atas kepalaku.
"Ya maap, sih. Gue tadi buru-buru," gerutuku sambil menggembungkan pipiku.
Kulihat ia hanya menatapku. Aku pun membalas tatapannya. Dia kenapa? Kenapa menatapku begitu? Bodohnya, sekarang aku justru salah fokus dengan rambut hitam pekatnya.
Tunggu!
Rambut hitam pekat?
Apa dia ... Lelaki Sialan yang berada di depan tadi?
Isshh, dalam rangka apa coba dia memberikan topi padaku begini? Ia pikir dengan begitu hatiku akan luluh padanya, begitu? Hahaha!
Cih! Jangan mimpi!
"Gue nggak ngasih topi itu ke elo. Gue cuma minjemin doang. Jadi setelah upacara nanti, lo harus balikin topinya ke gue dalam keadaan utuh seperti sekarang."
Heh?
Dia pikir aku bakalan menggerogoti topinya, apa?! Kurang kerjaan sekali aku melakukannya. Dia pikir aku ini rayap, heh?
"Nggak mau! Gue bakalan makan topi ini sampai habis!" ucapku di depan wajahnya lalu pergi begitu saja meninggalkannya.
Lagian, nyebelin banget, sih dia. Mana mungkin aku akan memakan topi sialan ini! Aku gini-gini juga manusia normal, kali. Manusia normal tidak bisa memakan kain.
Cih! Menyebalkan.
Tak lama kemudian, upacara pun dimulai. Aku hanya berdiri diam sambil sesekali jalan di tempat kecil-kecil karena kakiku yang kelelahan berdiri. Belum lagi ditambah dengan teriknya panas matahari membuatku rasanya ingin segera pergi dan keluar dari tempat panas ini.
Tanpa terasa, ternyata upacara ini sudah berlanjut sampai amanat yang diberikan oleh pembina upacara tercinta. Sialnya, guru yang menjadi pembina upacara ini merupakan guru BK. Jadi sepertinya aku akan terus berdiri di sini sampai satu jam ke depan.
Hufftt ... sabar, tahan Fia. Orang sabar disayang Tuhan, oke? Jadi jangan membuat ulah. Kamu masih baru di sini, dan jangan menjadi berandal dulu.
"Baiklah, Ibu ucapkan selamat datang untuk calon siswa dan siswi SMA Bangsawan ini. Kalian sekarang sedang menghadapi masa MOS, dan akan dibimbing oleh para anggota OSIS dan MPK ...."
Blablabla ....
Selanjutnya aku tidak dengar. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri sambil bersiul kecil. Ketika aku menoleh ke kanan, banyak lelaki yang sepertinya mulai curi-curi pandang ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [REVISI]
FantasySequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia empat belas tahun pada umumnya. Tetapi, seketika semuanya berubah. Iya, berubah. Tidak, bukan berubah dunianya yang berubah. Tapi, aku sel...