Aku mau pulang. Aku tidak ingin di sini. Di sini licik semua. Aku benci orang licik. Aku benci orang cerdas. Aku benci orang cerdik. Aku benci.
"Torty."
"Apa?"
"Kalau aku berubah menjadi jahat bagaimana, ya? Pola pikirku kan tidak sepertimu."
"Di dunia ini tidak ada orang yang tidak punya kesalahan, Fia. Sejahat-jahatnya seseorang, pasti akan ada waktu di mana dia akan pulang. Pulang dalam artian kembali. Entah itu dengan cara kembali menjadi baik, atau kembali pada yang menciptakan, atau yang lainnya."
"Jangan terbelit-belit begitu, deh. Aku tidak mengerti. Intinya kalau aku menjadi jahat itu bagaimana?"
"Aku yang akan menjadi tempatmu pulang, Pia-pia."
"Hah? Maksudnya?"
"Berjanjilah padaku untuk kembali."
Itu adalah percakapan dulu. Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang Bule Kesasar itu katakan. Aku percaya yang namanya 'orang jahat' bisa kembali menjadi 'orang baik'.
Tapi apa maksud perkataan Bule Kesasar itu? Dia memintaku untuk kembali padanya, itu maksudnya apa?
Ketika hari libur, Torty selalu saja menemaniku. Entah itu untuk jalan-jalan, atau pergi ke pasar untuk membeli makanan lezat. Pasarnya itu bukan seperti yang ada di Bumi.
Yang jelas, pasar di sana lebih efektif, cepat, bersih, dan murah. Aku seperti berada di mall yang super canggih daripada di pasar yang kumuh.
Mungkin, tanpa sadar aku tertidur dengan sendirinya. Aku masih di tempat yang sama ketika aku bangun. Masih dengan pakaian yang sama ketika aku bangun.
Aku tidak berharap masih dengan jiwa yang sama ketika aku bangun nanti.
****
"Temukan aku, Fia."
"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu."
Siapa itu? Bagaimana aku bisa menemukanmu? Kenapa kau selalu saja muncul di mimpiku? Kenapa kau hanya muncul di mimpiku? Dan banyak sekali pertanyaanku yang lainnya.
Tak lama kemudian, aku seperti melihat sosok gadis berambut hijau toska dengan memakai mahkota yang berat itu. Lagi-lagi dia hanya berdiri membelakangiku. Aku tak bisa melihat wajahnya.
"Kau telah menemukanmu, Fia."
Gadis itu berbalik dan menatapku sambil tersenyum. Ya Tuhan, nikmat manakah yang Engkau dustakan? Dia sungguh cantik sekali. Kurasa bidadari ataupun Dewi Aphrodite saja kalah pada kecantikan gadis ini.
"Kau sudah berhasil menemukanku, Fia."
Dia tersenyum dengan lembut padaku. Ah, siapa dia? Kenapa cantik sekali? Jika aku seorang lelaki, aku pasti akan meng-klaim dia sebagai milikku bagaimanapun caranya!
"Perkenalkan, aku Allysha Dwikels Anderson. Kau mengenalnya kan?"
A-aapa?
Se-sebentar, sebentar.
Jadi gadis ini Allysha?
Sungguh!? Kalau dipikir-pikir, memang sangat mirip dengan kembarannya yang kutemui kemarin, sih. Tapi Allysha yang ini jauh lebih royal dan elegan sekali, dan sangat cantik.
"Seperti yang kau yakini, aku masih hidup."
Andai aku membawa ponsel atau benda apa pun itu yang bisa digunakan untuk merekam, pasti aku sudah merekam kalimat tadi dan membuktikan pada seluruh dunia bahwa aku sungguhan bukan Allysha!
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [REVISI]
FantasySequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia empat belas tahun pada umumnya. Tetapi, seketika semuanya berubah. Iya, berubah. Tidak, bukan berubah dunianya yang berubah. Tapi, aku sel...