"Bapak benar-benar nggak habis pikir sama kalian. Di tengah-tengah lapangan begini kalian justru bermain hujan-hujanan?" omel Pak Al.
Ya, setelah acara bermain mendadak tadi, kami semua langsung dipanggil Pak Al. Ah, tidak. Tapi Pak Al sendiri yang menghampiri kami di tengah lapangan. Bedanya, dia menggunakan payung.
"Nanti kalau kalian sakit, bagaimana?" tanya Pak Al.
"Aw, saya baper, Pak," celetuk Elina di tengah suara hujan ini.
Menurutku, sepertinya Elina beneran baper. Soalnya dia saat ini sedang memegang kedua pipinya yang memerah itu.
Lalu tiba-tiba kepalanya langsung ditoyor oleh Panji. "Sumpah, lo nggak cocok pake ekspresi malu-malu monyet gitu."
"Anjing, lo!" umpat Elina.
"Ya sudah, sekarang cepat ke kantin! Bapak akan mentraktir kalian teh hangat. Boleh manis, boleh enggak," ucap Pak Al.
"YEAAYY! DAPET TRAKTIRAN!" teriak Folandio dengan gembira.
"Ternyata bener, ya. Hujan itu emang membawa berkah," ucap Cwansya.
"INILAH NAMANYA BERKAH HUJAN-HUJANAN," teriak Jojo dan Furqon bersamaan.
"AYO, GUYS KITA KE KANTIN!" ajak Bryan.
"Ingat! Hanya boleh teh hangat! Selain itu, bayar sendiri!" tekan Pak Al.
"SIAP, PAK!" teriak Manda.
"HUAA ... MAKASIH BAPAK YANG GANTENG," teriak Elina.
Kami pun langsung berbondong-bondong berjalan menuju kantin. Kalo begini, aku khawatir kantinnya jadi basah.
Benar saja. Ketika sampai, kantinnya benar-benar menjadi becek. Orang-orang yang berada di kantin ini seperti menjaga jarak dari gerombolan basah kami.
"Eh, kok jadi banyak yang jauhin gue gini, sih?" tanya Jojo dengan begonya dan langsung mendapat toyoran kepala dari Arjuna.
"Woi, pakean lo basah, bego! Ya nggak ada yang mau deketinlah!" ucap Kristian.
Aku menggeleng pelan melihatnya.
"Fia! Duduk di sini, yuk?" ajak Elma sambil menunjuk meja di sampingnya yang kebetulan kosong.
Aku mengangguk sebagai respon.
"WOI DUDUK SINI, NIH. MUMPUNG KOSONG," teriak Elma.
"GUE SAMPING ELMA, CUP! AWAS KALO ADA YANG DUDUKIN!" teriak Folandio.
"Eh, ini mejanya satuin aja. Biar enak ngobrolnya," saran Handika.
"Yaudah, ayo buruan satuin mejanya!" suruh Jojo.
Akhir mereka pun menyatukan mejanya. Satu meja sebenarnya bisa menampung sampai lima belas orang. Kebetulan jumlah kami semuanya adalah tiga puluh, jadilah tinggal menyatukan kedua meja saja.
"BIBI JAENAB YANG CANTIK. TEH ANGETNYA TIGA PULUH, YAK. DIBAYAR SAMA BAPAK ALBERT TERCINTA," teriak Furqon.
"Oke siap!" jawab Bibi Jaenab.
"Duh anjir. Baju gue beneran basah semua. Gimana, nih?" tanya Elina.
"Ya keringinlah, bego," jawab Bryan.
"Ya gimana, njer?!" tanya gadis bernama Ghonia.
"Ditiup gini, nih," ucap Jojo sambil mencoba mempraktekkan.
"Huhhh ... huhhhhh ... huhhh ...."
Jojo meniup-niup pakaian Deasy yang tepat berada di sampingnya. Deasy yang merasa risik dirinya ditiup pun langsung menoyor kepala Jojo dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [REVISI]
FantasySequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia empat belas tahun pada umumnya. Tetapi, seketika semuanya berubah. Iya, berubah. Tidak, bukan berubah dunianya yang berubah. Tapi, aku sel...