6. Penentuan Kelas

3.2K 278 2
                                    

'KELOMPOK DELMAN (jenDEraL sudirMAN)'

Aku ternganga melihat nama grup yang ada di hapeku. Oke, entah siapa itu yang memasukkanku ke dalam grup itu, aku tidak tahu. Yang penting, KENAPA NAMA GRUPNYA BEGINI?!

Sangat tidak elit sekali.

Aku lihat ada 100+ pesan yang belum kubaca dari grup itu. Bodo amat, kalau kelas sudah ditunjukkan, kujamin grup ini akan sepi lagi. Jadi, percuma saja membuat grup seperti ini.

Hufftt ... bosan banget di rumah. Aku pengen banget keluar dari sini, lalu pergi ke tempat yang biasanya aku pake untuk balapan liar.

Ya, aku emang suka banget sama yang namanya 'balapan liar'. Aku mulai mengenal hal semacam itu sejak aku kelas dua SMP. Itu juga karena bergaulnya sama anak lelaki. Tau sendirilah, ya anak lelaki itu bagaimana.

Jadi, ya gimana aku nggak ikutan bobroknya kayak mereka?

Tapi setelah aku ketahuan ikut balapan liar oleh Mamahku, aku langsung dimarahin habis-habisan dan diancam mobilku akan disita selama aku SMP. Itu jelas-jelas sangat menyiksaku, dan dengan terpaksa aku harus menuruti apa kata Mamahku.

Ketika sedang asyik melamun, hapeku langsung berdering begitu saja. Sial sekali! Siapa yang menelponku dan menggangguku, heh?!

Langsung saja aku mengangkat telponnya.

"Halo?"

"...."

"Kalo nggak ngomong, gue tutup!"

"...."

"Okeh, bye!"

Aku langsung menekan tombo—

"Tunggu bentar, woy! Ini gue lagi makan!"

Hahaha, dia kira aku bego? Dari tadi nggak ada suara apa-apa, kenapa jadinya malah bilang dia lagi makan? Di mana-mana orang lagi makan, pasti ada suara kunyahan atau dentingan sendok, garpu, dan piringnya.

"Gue tau lo nggak lagi makan. Jadi jangan bohong, deh!"

"Hahaha tau aja. Lo suka gue, ya? Buktinya tau semua."

"Ck! Anakan manusia, lo!"

"Ya iyalah, bego! Dikira gue anakan setan?!"

"Ada apaan nelpon gue, heh?!"

"Kangen."

"Mati lo, sana!"

Langsung saja aku mematikan telponnya. Ini siapa, sih?! Tiba-tiba nelpon gini. Ish! Kurang kerjaan banget, dah sumpah.

Kemudian aku berjalan menuju meja belajar. Di sana terlihat jelas amplop berwarna merah muda yang dihias begitu klasik seperti yang ada di drakor berjudul 'Hotel Del Luna' itu. Ah, apakah pemiliknya perempuan? Jika iya, apakah dia juga sama seperti Man Weol? Terikat pada pohon itu.

Oke, lupakan. Imajinasiku semakin liar berkat kebanyakan menonton fantasi. Mungkin setelah ini aku akan berpikir bahwa mermaid itu memang ada, dan mungkin alien yang menjelma sebagai manusia itu memang ad—

Braakk ....

Aku terkejut bukan main saat ini. Untung aku nggak punya riwayat penyakit jantung. Kalo tidak, mungkin aku udah terkapar sekarat di sini. Terima kasih kepada siapapun itu yang sudah mendobrak pintu kamarku secara kasar seperti itu.

Itu artinya, tadi aku lupa mengunci pintu kamarku. Bagus sekali.

"BAKPIA!"

Kalau begini, aku tau siapa pelakunya. Memangnya siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan seperti kue khas Yogjakarta selain Teman Musuhku itu, heh?

New World [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang