Epilog

3.6K 223 57
                                    

Hening ....

Hua, mamah ini canggung sekali! Aku tahu aku sudah dimanfaatkan oleh para cecunguk sialan ini. Tapi gimana, ya? Aku tiba-tiba menjadi tidak bisa marah.

Sebenarnya tadi itu aku sungguhan terjatuh. Iya, aku terjatuh bagaikan dari langit ke tujuh, sampai ke Bumi.

Kalau saja tidak ada Elwynn yang dengan sigap menggendongku, aku yakin tubuhku sudah menjadi bubur sekarang.

Iya, aku bertemu golongan mereka lagi. Siapa lagi kalau bukan Rista, Reyhan, dan Elwynn? Kalian tahu? Di sini canggung sekali.

Ketika aku baru saja turun, lalu suasananya langsung menjadi tegang. Harusnya aku bisa saja menggunakan kekuatan feeling-ku untuk merasakan aura mereka.

Lagi-lagi, hatiku yang sudah menjadi lembut selembut kain sutra ini tidak tega melakukannya. Apa pubertas tuh memang seperti ini, ya? Hati dan logika selalu bertolak belakang?

"Aku tahu semuanya," ucapku memecahkan keheningan. "Ya, tidak sampai semua, sih. Cukup dasarnya saja. Keinginanku itu ada dua."

Aku menunjukkan jari telunjuk sebagai angka satu. "Pertama, ingin kembali ke Bumi secepat mungkin. Itu harus menjadi prioritas!" tekanku.

Lalu aku menunjukkan jari tengah sebagai tambahan, mengisyaratkan angkat dua. "Kedua, aku ingin acara tunggu-menunggu antara aku dengan Bule Sialan itu selesai!"

Ah, aku bahkan tidak tahu bagaimana nasibku dengannya nanti. "Aku hanya seorang gadis pemberontak biasa. Aku ini bodoh, tidak tahu apa-apa. Jadi jangan berpikir liar tentangku."

Ngomong-ngomong, mereka sudah mengembalikan peta hologramku tadi. Aku langsung menjaganya dengan aman di sakuku.

"Aku akan meminjamkan kertas ini padamu."

Itu adalah kalimatnya ketika memberikan peta hologram itu padaku. Di situ aku terpaku pada kata 'meminjamkan'.

Aku memang tidak pintar bahasa, tapi dalam hal seperti ini aku tidak sengaja mengamati apa yang dikatakannya. Kalau kita 'meminjam' sesuatu atau 'meminjamkan' sesuatu, itu harus dikembalikan, kan?

Bagiku, secara tidak langsung Bule Kesasar itu ingin aku kembali padanya dan peta hologram inilah sebagai jaminan bahwa aku memang akan kembali padanya.

Aku menghela nafas. Oh, Bule Kesasar kira-kira bagaimana kabarmu, ya? Sudah berapa minggu kita tidak bertemu? Eh, kita? Apa aku berhak menyebutnya begitu?

"Kau harus benar-benar membantunya sampai selesai."

Entah kenapa, kalimat itu terus berputar di otakku bersamaan dengan mimpi sialan itu. Aku tidak mengerti. Sebenarnya, tujuanku berada di sini sebagai apa?

****


"Ah, aku jadi merindukan rambut hitamku dulu," ucap Rista yang sedang mengepang rambutku.

"Hah? Kau pernah punya rambut berwarna hitam?" tanyaku. Rambut Rista saat ini berwarna biru tua. Katanya, itu adalah wujud dari Putri Ellina.

"Kau lupa? Aku, kan dulu satu sekolah dengan Allysha," jawabnya. Ah, iya benar. Aku melupakan fakta kalau aku mengingat  'semuanya'  tentang Allysha.

"Kita ada di mana, ya? Aku sudah mencari ke mana-mana dan tidak menemukan petunjuk apa pun untuk mengenali hutan di sini," kata Rey terlihat gusar.

Elwynn menatapku dengan serius. "Aku tidak yakin. Tapi sepertinya kita bukan berada di Planet Aquarius lagi."

Hah?

Apa?

Kreetaaakk ....

Kreetaakk ....

New World [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang