Hanya tiga kata, tapi perubahannya sangatlah besar padaku. Perubahannya berefek sangat besar padaku. Perubahannya, bisa membuatku gila.
Apa ini?
Apa namanya ini?
Apakah ini rasanya jatuh cinta?
Atau ... jatuh masuk ke dalam lubang yang tak berujung?
Aku tidak tahu.
Yang pasti, ini terasa menyenangkan.
Aku berharap, selamanya akan begitu.
"Biar kutebak, dalam hatinya pasti berkata 'Huaa ... dia sangat tampan sekali. Aku sampai terpesona'," ucap Torty sialan itu sambil menangkup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya dan berbicara dengan intonasi yang sangat alay.
Torty benar-benar merusak suasana, deh pokoknya. Aku sedang menikmati jantungku yang berdegup kencang diiringi dengan kupu-kupu yang seperti sedang berterbangan di perutku. Lalu si Torty Sialan tiba-tiba saja berbicara seperti itu padaku. Menyebalkan!
"Ck! Apa sih! Mau lo apa, hah?! Lo mau gue bunuh, heh?!" decakku sebal.
"Sini, sini bunuh aku!" ucapnya sambil membusungkan dada. "Biar nanti kamu sendiri yang akan dihukum gantung oleh Lady, baru tau rasa!"
Ha?
Apa tadi?
Lady?
Bukankah itu artinya wanita?
"Bisakah kalian berhenti bertengkar?!"
Entah kenapa aku merasa sepertinya Senior ini benar-benar marah dan kesal. "Kalian benar-benar membuatku pusing, tahu!"
"Dia memang selalu begitu, Senior. Biarkan saja, Lady Aquamarine sudah memanggilnya sekarang," ucap Lelaki Beriris Biru itu.
Ini dia. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar omongannya yang jauh lebih panjang. Suaranya, benar-benar terdengar mengalun dengan lembut di telingaku.
"Apa? Dia selalu membunuh orang?" celetuk Torty seenaknya. Itu membuatku berdecak sambil melirik tajam padanya.
"Kalau begitu, bisakah kau mengantarnya?" tanya Senior seakan-akan memohon pada Lelaki Beriris Biru itu. "Aku perlu mengurusi bocah tengil yang satu ini," lanjutnya sambil melirik Torty lewat emor matanya.
Torty yang merasa dilirik itu langsung mengerucutkan bibirnya. Cih! Sok imut sekali dia. Tapi nyatanya, dia memang imut sih. Baiklah, ini hanya rahasia kita, okeh? Kalian jangan bilang-bilang pada Torty. Nanti tingkat kege'erannya pasti akan meningkat lagi.
"Aku juga ada perlu saat ini. Tidak ada waktu untuk mengantarnya."
Jawaban yang sangat-sangat membuatku kecewa. Hati ini seolah langsung hancur berkeping-keping. Tidak, bukan hancur dalam anggapan baper atau semacamnya. Tapi hancur dengan definisi yang benar-benar hancur. Semacam patah hati begitulah.
Lalu Lelaki Beriris Biru itu langsung berbalik begitu saja. Aku mematung menatap nanar punggung yang perlahan menjauh itu. Dengan bodohnya aku berharap pemilik punggung itu segera berbalik dan berlari kencang kembali ke arahku untuk mengantarku.
Atau paling tidak menoleh ke arahku untuk tersenyum sekilas. Nyatanya, semua itu benar-benar hanyalah ekspektasiku saja. Emang, ya kalo lagi mengkhayal itu harus hati-hati, takut baper, dan nanti malah jadi gila.
"Menyendiri lagi, menyendiri lagi ... di saat kau tinggalkan diriku pergi ...."
Bolehkah aku bunuh dia sekarang juga?! Dia benar-benar sangat menyebalkan! Awas saja kalau dia patah hati juga. Aku akan meledeknya seperti tadi!
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [REVISI]
FantasySequel Ventiones Academy **** Sebenarnya tidak ada yang aneh di hidupku. Hidupku berjalan seperti remaja usia empat belas tahun pada umumnya. Tetapi, seketika semuanya berubah. Iya, berubah. Tidak, bukan berubah dunianya yang berubah. Tapi, aku sel...