Saat ini Alana tepat berada di cafe, sesuai pesan yang dikirimkan pada Alana. Sebenarnya mungkin ia sudah tau siapa yang mengirimnya. Saat ini ia ingin mencoba menghadapi orang itu, karena tak mungkin ia menghindari selamanya bukan.
Alana menunggu sambil menyesap minumannya, tak lama suara pintu terbuka pun membuat perhatiannya terganggu dan spontan ia melihat ke arah pintu masuk cafe itu.
Tubuh Alana mendadak kaku, ketika melihat Bian menghampirinya,dan ternyata tepat sekali ternyata tebakannya. Bian menghampirinya dengan wajah tersenyum kepadanya tetapi malah membuatnya takut.
Dalam batin Alana ia ribuan kali menguatkan dirinya untuk berani menghadapi cowok didepannya ini, kejadian itu hanyalah masa lalu yang harus ia lupakan.
"Hai na? Gimana hari ini?"
"Bisa langsung to the point lo mau ngomong apa." Alana menjawab dengan nada seberani mungkin.
"Galak amat santai aja, gue gada niatan jahat ko." Kata Bian dengan smirk nya. "Kabar lo gimana setelah 4 tahun ini?"
"As you can see."
"Udah berani juga ya, setelah kejadian itu."
"Itu cuma masa lalu dan kesalahan gue kenal cowok brengsek kaya lo."
"Apa lo bilang, bisa ulang?" Mendengar Alana berbicara seperti itu membuat Bian menyeringai. Menarik pikirnya.
Alana tak membalas ucapan Bian, ia hanya menatapnya dengan wajah datar. Padahal di balik itu ia sangat menahan rasa takutnya.
"Jadi udah sembuh traumanya, kayanya seru gue bikin lo trauma lagi, biar lo sadar lo itu cuma buat gue."
"Brengsek, bisa gasi lo bilang apa tujuan lo dari semua ini."
"Santai dong lo--"
"Eh woi Lan ngapain lo disini? Afshaka di parkirantuh." Ucapan Bian tertahan kala Revan menghampiri mejanya.
"Oh maaf lagi ngobrol ya." Lanjut Revan yang melihat Bian seraya menilai.
Alana hanya tersenyum canggung ia tak tau harus balas apa. Ia hanya tidak ingin orang yang dikenalnya terkena masalah karenanya lagi.
"Yauda gue duluan." Revan berjalan seraya naik kelantai dua cafe tersebut.
"Siapa tadi?"
"Lo gak berhak tau." Jawab Alana dengan nada menantang.
"Lo?!" Bian kehilangan kesabarannya, ia lalu mencengkram dengan kasar dagu Alana.
"Le..ppas." Bian hanya smirk melihat itu, mereka duduk jauh dari pandangan orang dan cafe ini pun sepi karena pengunjung biasanya berada di lantai atas, dan ini semua pun memicu keberanian Bian bertindak yang dasarnya memang kasar.
"Gue udah bilang, jangan berani sama gue, jangan pernah merasa dirilo bebas, lo gak akan bebas Lan."
"Bbbiaan ssakitt."
"Gue mau memperingatilo, ini baru awal love, jangan main main sama gue." Ancam Bian.
"Bisa lepasin tanganlo?." Mendengar itu Bian pun spontan melihat. Dan melepaskan cengkramannya.
"Jangan ikut campur." Jawab Bian
"Kalo kalian mau ribut, keluar. Jangan ganggu pengunjung lain." Kata Afshaka dengan raut tenang, dilanjutkan langkahnya menyusul teman temannya di lantai atas. Tidak lupa sekilas melihat Alana.
Alana bersyukur sekaligus kecewa ia mengira cowok itu ingin membantunya ternyata memang Afshaka tak pernah acuh untuknya.
"Dia orang yang lo taksir? Berani main main sama gue, liat aja apa yang bakal gue lakuin." Kata Bian marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFSHAKA
RomanceAlana yang tak pernah bosan mengejar cowok tinggi tampan bernama Afshaka, sedangkan yang dikejar tak acuh, tidak peduli dan mungkin menganggap angin lalu. Alana suka Afshaka, karena menurut Alana Afshaka itu berbeda. Alana sebenarnya sudah mengetahu...