Afshaka; 19

2.8K 117 8
                                    

Selamat membaca, enjoy for reading all!
Kalau ada typo tolong komen aja ya.

---

Alana sedang sibuk-sibuknya dengan tugas mata kuliahnya, bahkan hari ini Ia tidak bisa pulang lebih awal, ada tugas kelompok yang menunggunya, dan kesepakatan dari para anggota, yang akan mengerjakannya jam lima sore nanti, karena tepat seluruh anggota tidak ada kelas tambahan atau pun urusan kuliah lainnya.

Ia tak sekelompok dengan Nara, sedangkan Freeya temannya itu berada di mata kuliah lain.

Sekarang mereka sudah berada di rumah Daniel, setelah lama berdebat untuk pemilihan tempat, Daniel sebagai ketua pun bilang, lebih baik di rumahnya saja, dan yang lainnya pun sepakat, begitu pun Alana yang hanya mengikuti teman-temannya.

Satu kelompok berisikan lima orang, tiga wanita dan dua pria, Alana sejujurnya tidak terlalu mengenal mereka, hanya sekedar mengobrol. Alhasil kebanyakan Alana hanya sok akrab, agar tidak menimbulkan kecanggungan.

Malam pun telah tiba, satu persatu anggota kelompok mulai meninggalkan rumah Daniel, hanya tersisa Alana yang sibuk menghabiskan pizza terakhirnya, yang membuat tuan rumah hanya menggelengkan kepalanya.

Soal Daniel, Alana cukup tau baik cowok itu, ia pria yang supel dan sangat ramah, bisa dibilang ia adalah maskot dari angkatan Alana.

"Lain kali gue mending sekelompok sama lo deh, bisa makan banyak gue." Ucap Alana sambil mengunyah pizza.

Daniel yang mendengar itu langsung menjitak kepala Alana. "Enak aja, dasar lo, ada yanng gratis aja matalo nyala."

"Gue tanya, siapa sih yamg nggak suka gratis?" Tanya Alana sambil mengedipkan sebelah matanya dengan aneh.

"Matalo cacingan?"

"Sialan lo, cantik gini dibilang cacingan." Jawab Alana sembari berdiri mengambil tasnya. "Ok, makasih makanannya bro, gue sekarang mau pulang, sebelum diusir."

"Lo pulang karena makanannya udah habis ya, mau gue usir kalo makanannya belum habis, nggak bakal lo pulang."

Mendengar itu Alana hanya cengengesan tidak jelas.

"Lo pulang sama siapa? Mau gue anter?" Tanya Daniel.

"Nggak usah, gue balik sendiri aja, mesen taksi."

Sudah hampir tujuh menit Alana duduk di halte, menunggu taksinya datang, Ia sengaja tidak menunggu di rumah Daniel karena Alana pikir akan lebih cepat dan efisien jika Alana sudah berada di halte.

Ternyata tebakkannya salah, malam ini cukup sepi untuk jam delapan malam, tetapi untung saja jalanan tidak begitu gelap, sehingga Alana bisa merasa aman sedikit.

Alana bersenandung kecil, tak lama ada sebuah mobil putih yang berhenti di depannya, ia seperti tidak asing dengan mobil ini, yang jelas ini bukan taksinya. Alana sudah bersiap untuk berdiri dan lari kembali ke rumah Daniel, jika kemungkinan itu adalah orang jahat.

"Alana, masuk!" Sebelum Alana pergi, ada suara yang sangat familiar di telingannya, Alana pun berhenti dan ternyata benar dugaannya, itu Afshaka.

"Eh, aku udah pesan taksi, kak. Nggak lama bakal dateng kok." Jawab Alana, jelas ia tau jika itu adalah pernyataan, tetapi mau bagaimana lagi biar pun itu gratis dan sebuah kelangkaan jika cowok itu menawarkannya tumpangan, ia sudah tak enak hati dengan supir taksinya.

"Yaudah." Jawab Afshaka. Berikutnya Alana mengernyit bingung kenapa Afshaka tidak kunjung pergi menjalankan mobilnya, "Kakak nggak pergi?"

"Lo ngusir gue?" Mendengarnya Alana menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak, nggak. Tapi aku naik taksi."

AFSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang