Knock your Heart

2.6K 339 16
                                    

*Raifa home*

Buku notes berwarna merah muda di depan gadis itu, sudah penuh coretan apa saja yang sudah dia lakukan.

1. Mencari beasiswa ke bagian Kemahasiswaan ✔️.
Info dari Bu Nining, beasiswa dari Dekan, baru akan dibuka kembali, tahun depan.

2. Mencari beasiswa dari pemerintah ✔️.
Rata-rata scholarship untuk kuliah S2 dan S3.

3. Beasiswa untuk masuk S1 di dalam negeri ✔ .
️Kebanyakan mensyaratkan surat keterangan tidak mampu dari RT dan RW. Dengan kondisinya saat ini, dia sadar tidak mungkin dia masuk kriteria.

4. Persyaratan memperoleh beasiswa adalah IPK semester terakhir adalah 3.0 ✔.
️Duh, IPKnya semula di awal tahun pertama kuliah 3.1. Sekarang turun di angka 2.8. Hiks.

4.Opsi bekerja part time ❎.
Sepertinya ini yang akan jadi pilihan terakhirnya. Tapi dia akan kerja sebagai apa. Dia sendiri masih bingung.

Raifa meletakkan kepalanya di atas meja belajar. Dia memang hanya mahasiswi kedokteran dengan kemampuan rata-rata. Mungkin dia hanya beruntung bisa diterima, diantara ratusan orang yang lebih pintar darinya.

Akankah dia ke depannya, bisa belajar sambil bekerja. Atau malah nanti nilainya makin turun, jika memaksakan diri, di luar kesanggupannya.

Sebuah ketukan halus terdengar dari depan pintu kamarnya. Ifa melihat pintu yang perlahan terbuka. Wajah Tante Wilma tampak di celah pintu.

Semenjak Papa meninggal, Om dan Tantenya memilih pindah ke rumah Papa. Rumah Tante Wilma rencana dijual ke orang lain, karena Tantenya butuh uang.

Entah sampai saat ini, adik Papanya itu belum cerita alasannya mengapa rumah besar Tante dan Omnya, harus dijual. Apakah mereka terlilit hutang atau bagaimana, Raifa juga sebenarnya bertanya-tanya dalam hati.

"Ifa sudah tidur?"

Tante Wilma menghampirinya.

"Belum Tan. Masuk aja... "

Tante Wilma yang masih terlihat cantik di usia tigapuluhdelapan tahun itu, masuk dan menutup rapat pintu kamar.

Tantenya bergabung duduk di dekatnya.

"Fa... Maafin Tante sebelumnya... Bolehkah Tante minta ijin untuk menjual mobil milik Papamu?"

Raifa terperanjat kaget.

"Kenapa Tan? Bukannya Tante dan Om baru jual rumah ya?"

Tante Wilma menggigit bibir menahan kecewa atas respon yang Raifa berikan.

"Maaf Tan."

"Om kamu. Om kamu terlibat hutang judi, Sayang. Maafkan Tante baru cerita sekarang. Tapi... Hutangnya sangat banyak, meskipun sekarang Om sudah berhenti.

Rumah Tante sampai sekarang belum ada yang berminat membeli. Kalau jual mobil, sepertinya lebih cepat dibanding jual rumah."

Raifa menutup bibir dengan telapak tangan, seolah tidak percaya selama ini Tante merahasiakan ini darinya.

Jadi benar dugaannya. Om dan Tantenya memang terjebak dalam hutang yang banyak. Tapi Raifa tidak tega melihat Tantenya terisak.

"Kalau mau melunasi hutang Om, kira-kira berapa Tan?"

Raifa mengambil beberapa helai tissue di meja belajarnya, untuk menghapus air mata perempuan cantik yang duduk di sebelahnya.

"Kalau rumah yang Tante jual laku, ditambah hasil menjual mobil Papa kamu, Insya Allah utang Om lunas, Sayang. Mungkin... Tante akan izin juga sama Rania, untuk menjual rumah mendiang Papa kalian... "

CONNECTED TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang