Love is about Trust

1.9K 284 10
                                    

Raifa berusaha fokus mendengarkan kuliah dokter Hilman, tentang fisiologi kehamilan sampai proses melahirkan.

Tiba-tiba saja wajahnya memerah membayangkan kejadian dua hari lalu. Tidak terasa dia dan Kak Rafka sudah satu bulan menikah. Kejadian sebelumnya adalah saat dia dengan ikhlas memberikan hak seorang suami untuk memiliki dirinya secara utuh.

"Kamu kenapa Fa, kok mukanya kayak pakai blush on gitu."

Astaga... Kenapa juga Reno yang harus memilih duduk di sebelahnya. Lelaki itu sengaja meminta Rosa bertukar tempat dengannya.

"Nggak papa kok."

Kehadiran Reno jadi membuyarkan lamunannya tentang kejadian malam itu. Mereka baru melakukannya satu kali dan tadi pagi Kak Rafka mengiriminya pesan.

"Ai Sayang, nanti malam kita nonton di Premiere yuk. Habis itu kita lihat pesta kembang api di Monas. Eh... Kamu sudah nggak sakit kan, buat jalan?"

Raifa masih tersipu dan menyembunyikan ponselnya di dalam tas.

"Fa, kamu kenapa sih?"

Reno berbisik.

"Kepo aja deh kamu."

Raifa menjawab tanpa memandang ke arah lelaki di sebelahnya.

Sementara Reno memandang cincin di jari manis gadis yang masih dikaguminya itu. Eh... Sekarang Raifa sudah bukan gadis lagi, dia sudah jadi istri orang.

Meski awalnya ia syok berat mengetahui kenyataan Raifa akan menikah, tapi ia bahagia karena ia mengenal baik Kak Rafka. Suami Raifa adalah lelaki yang baik.

"Fa, kamu sudah hamil apa belum? Tuh, nanti kalau kamu hamil, bakal melar kayak gitu perutnya."

Reno menunjuk slide dari dokter Hilman yang masih terpampang di layar.

"Biarin melar. Yang penting kan sudah laku."

Faira menjawab asal.

"Iya, aku yakin Kak Rafka mencintai kamu apa adanya. Mau kurus, mau gemuk. Tidak seperti mantan suami kakakku."

"Mbak Desi?"

Raifa berbisik. Lelaki di sebelahnya mengangguk.

"Dulu pas hamil keponakanku, Kayla. Mbak Desi berat badannya naik 25 kilogram. Kulit badannya pun menghitam karena pengaruh hormon ibu hamil. Setelah puas menghina bentuk tubuh Kakakku, suaminya malah selingkuh sama perempuan lain yang sekarang jadi istrinya."

Raifa bergidik ngeri. Sungguh dia selama ini tidak pernah menanyakan kehidupan pribadi Mbak Desi. Dalam hati dia menyesalkan kenapa suami mbak Desi setega itu. Pantas mbak Desi trauma untuk menikah lagi.

"Kakak gue sempat stress. Kak Berry ---ugh males banget gue nyebut namanya-- minta cerai ke Kakak gue pas dia hamil tujuh bulan. Akhirnya setelah Kayla lahir, mereka resmi pisah di pengadilan agama."

Sebuah spidol melayang di antara mereka berdua. Raifa kaget dan terperanjat.

"Tolong yang berisik di belakang itu, maju ke depan."

Raifa dan Reno saling berpandangan.
Reno malah nyengir kuda dan berdiri dengan gagah, menyadari kesalahannya.

"Bukan... Bukan kamu, tapi yang di belakang kamu..."

Hah? Baik Raifa dan Reno menoleh ke belakang. Bukan main, ternyata Soni teman mereka lagi asyik tidur sampai mendengkur. Rupanya suara tidurnya ini yang tadi dibilang berisik.

Reno mengguncang kaki Soni sampai akhirnya temannya itu bangun dan maju ke depan meminta maaf pada dosen killer mereka pagi itu.

Baik Raifa dan Reno diam-diam tersenyum. Mereka berdua juga mengakui kesalahan mereka, mengobrol di saat dosen mengajar.

CONNECTED TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang