*Green Metropolis Hospital*
Rania masih sosok yang sama seperti dulu. Dia bahkan tidak mau dijenguk oleh Raifa. Hanya Tante Wilma dan Om Angga yang diijinkan menunggunya.
"Kamu yang shabar ya Fa."
Om Angga, suami Tante Wilma menghiburnya.
"Om nggak tahu harus bicara apa lagi sama kamu. Sebenarnya Om dan Tante malu, saat ini kami masih ikut tinggal di rumah Papa kamu. Om juga belum bisa menjadi pengganti Papa untuk menjaga kalian berdua."
Raifa mencoba tersenyum, meskipun hatinya sedih.
"Nggak papa Om. Masalah yang Om alami juga berat. Raifa malah nggak bisa bantu apa-apa."
"Kalau bukan Tante kamu yang menjadi istri Om, mungkin Om sekarang ini sudah hidup di jalanan. Ditinggalkan. Tantemu benar-benar istri yang shabar. Dia tetap setia dan mau hidup susah senang bersama Om."
"Ifa ikut senang Om, mendengarnya. Maaf Ifa hanya bisa berdo'a semoga masalah yang sedang menimpa Om, segera diberikan solusi oleh Allah Swt. Om juga tetap semangat ikut terapi dan bisnis jualan bajunya juga semoga makin berkembang."
"Terimakasih Fa. Terkadang Om ragu melihat kamu dan Rania. Apa benar kalian saudara satu Ibu. Mengapa adikmu itu begitu sulit diatur sampai sering membuat Tantemu menangis hampir setiap malam.
Mungkin Tantemu juga memiliki beban psikologis karena Papa kalian menitipkan pada kami. Sementara, sampai saat ini Om dan Tante belum memiliki anak. Kami tidak bisa memberikan kalian materi, hanya kasih sayang dan perhatian yang bisa kami curahkan."
Raifa memperhatikan Om Angga yang masih memandang ke arah pintu kamar, tempat Rania dirawat setelah menjalani proses kuretase.
"Lusa, setelah Rania sudah boleh pulang dari Rumahsakit, Kevin dan keluarganya akan mengadakan pertemuan keluarga. Kevin akan membatalkan pernikahan sesuai dengan permintaan Rania. Om harap, Ifa juga bisa hadir."
Gadis itu mengangguk. Meski mungkin adiknya tidak mengharapkan dia hadir, tetapi dia tetap berdo'a untuk adiknya. Agar Allah Swt selalu melindungi Rania dan melembutkan hatinya.
Ada masa dimana mereka kemarin seperti dua orang sahabat yang saling menyayangi. Tetapi kemudian setelah pertengkaran terakhir di rumah, Rania kembali menjadi adik yang membencinya.
Raifa tiba-tiba teringat masih ada tugas journal reading yang belum selesai dia kerjakan. Dia pamit pulang dan menitipkan salam untuk Tante Wilma.
Kalau saja dia bisa menggantikan posisi Tantenya saat ini, tapi ya sudahlah dia harus belajar ikhlas menerima perlakuan Rania. Meski hatinya masih terasa sakit dan tidak mengerti mengapa Rania begitu membencinya. Tapi dia berusaha bershabar, seperti nasihat Omnya.
Langkah kakinya untuk pulang, terhenti oleh langit mendung yang bersahabat dengan kilat yang tampak di langit. Disusul kemudian hujan rintik yang makin lama makin deras.
Raifa masih berdiri di depan lobi rumahsakit sendirian. Hanya ada beberapa security yang berjaga di depan sambil menyiapkan payung.
Dia memejamkan mata. Bau tanah kering yang menguap bersama titik hujan, terasa menyegarkan. Langit dan bumi yang tidak pernah bersatu, akhirnya bertemu pada butiran air yang seolah merindu untuk memberi kehidupan.
Dia tidak menyadari, seseorang berdiri hanya berjarak satu meter di sebelahnya. Lelaki itu memandang hujan dan beralih ke gadis di sampingnya yang masih memejamkan mata. Kali ini telapak tangan gadis itu terbuka seolah menyambut hujan dengan suka cita.
Deg.... Memori itu....
Ai... Hujan... Afka...
Rafka meraba debaran jantungnya yang selalu berdetak lebih kencang bila berada di dekat gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED TO YOU
RomanceWe are connected through an invisible relationship. My memory keep telling me that we have met before. I can't wait to meet you again, to make sure that you are my destiny 🌻 Start and End : 2019 (Belum Revisi)