Our First Date

2K 274 17
                                    

Terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Rafka melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah lebih dari tigapuluh menit, istrinya belum keluar dari kamar mandi.

Lama juga ya ternyata, Ai kalau mandi. Lelaki itu menunggu sambil menghubungi sahabatnya, Kevin. Ia dan Raifa akan check-out pagi ini.

"Halo, Assalaamu'alaikum Kev."

Suara di seberang terdengar masih mengantuk.

"Ya Raf, wa'alaikumsalam."

"Kev, kamu sehat kan? Kayaknya capek banget."

"Tiara masuk HCU, Raf. Gue nggak bisa tidur semalaman."

"Inna lillahi, sorry Kev, gue nggak tahu beritanya. Kondisi Tiara pagi ini gimana?"

"Alhamdulillah sudah mulai berhenti pendarahannya. Cuma dia masih lemas. Anemia. Hemoglobinnya turun sampai 5. Sudah transfusi sejak semalam. Kata Dokter, target Hemoglobinnya minimal sampai 10."

Rafka ikut sedih mendengar nada Kevin. Ada rasa putus asa di dalamnya. Selama ini ia mengenal sosok Kevin yang selalu positive thinking dan antusias akan banyak hal.

"Gue bisa bayangin gimana perasaan Lu. Shabar ya Kev. Yang penting kita sudah berusaha dan berdo'a. Pagi ini gue sama Raifa mau check out. Insya Allah kita mau nengok kesana."

"Thanks Raf. Gue dah minta kamar Royal Suite nomer lima dikosongin buat Lu dan istri. Kalian bisa nginep kapan aja. Kalau kalian masih capek, nggak usah maksain untuk nengok. Gue minta do'anya aja buat Tiara."

"Sudah diniatin dari semalam, Kev. Nanti pulang dari rumahsakit, kita mau ziarah ke makam orangtua Raifa."

"I really appreciate that, Raf."

Tiba-tiba Rafka terkejut dan tanpa sengaja mematikan telepon saat kedua lengan berkulit halus, memeluknya dari belakang.

Ai... Ai memeluknya erat.

Apakah berarti pagi ini dia mendapat ijin untuk memiliki Ai seutuhnya. Buktinya tanpa malu-malu Ai menyentuhnya.

"Kak..."

"Ya Ai..."

Rafka membalikkan badan dan menatap wajah istrinya dengan penuh cinta.

"Kak.... Aku ternyata haid pagi ini. Maaf ya Kak..."

Rafka jadi lemas seketika. Sungguh kejutan yang membuyarkan angan akan percintaan di benaknya.

Shabar Raf... Ia mencoba tersenyum. Toh ia masih bisa bermesraan dengan cara yang lain.

"Biasanya kalau haid berapa hari, Sayang?"

Rafka berganti memeluk Raifa dan dengan gencar mulai mencium lembut kening istrinya.

"Seminggu Kak."

Mmm... Lamanya... Rafka semakin mengeratkan pelukannya. Ia cuma ingin menggoda istrinya saja dengan bertanya seperti itu. Sudah diduga wajah Raifa berubah kemerahan saat menjawab dengan takut-takut.

"Ai, mulai hari ini, kita pacaran yuk. Pagi ini kita sarapan bareng dan jenguk Tiara. Setelah itu, kita beli bunga untuk ziarah ke makam Mama dan Papa. Habis kita ziarah, terserah Ai mau jalan kemana. Kakak siap temani."

Kedua bola mata indah milik Raifa berbinar.

"Berarti kita kayak kencan gitu?"

Rafka mengangguk. Ia membenamkan wajah di bahu istrinya dan meninggalkan jejak bibir disana.

"Ai nyaman nggak, kita jalan tapi lagi haid hari pertama?"

"Kalau hari pertama dan kedua haid, masih sedikit Kak. Biasanya kalau sudah hari ketiga, mulai banyak. Kalau banyak, aku malas pergi kemana-mana. Takutnya nanti malah tembus."

CONNECTED TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang