"Saya mengagumimu sejak lama Naira. Jadi maukah kamu menunggu saya?"ucap Arfan memastikan.
"Eee... Saya...." Naira masih bingung mau jawab apa, jika ia tolak ia takut dosennya itu marah dan jika ia menerimanya, berarti dia harus menunggu dosennya itu pulang dari Kairo dan pasti lama sekali.
"Bagaimana Naira?" Tanya Arfan berharap.
"Maaf sebelumnya pak, menurut saya bapak tidak usah berjanji dengan saya. Kita tidak tau dengan siapa kita akan berjodoh" ujar Naira hati-hati.
"Maksud kamu, kamu menolak saya Naira?"tanya Arfan memastikan.
"Saya tidak tau pak, jika memang bapak yang ditakdirkan Allah untuk berjodoh dengan saya, saya bisa apa? Dan sebaliknya jika bapak bukan orang yang ditakdirkan untuk saya juga bapak tidak bisa membantah. Jodoh, maut, itu sudah Allah tuliskan di lauh Mahfudzh, jadi kita harus menerima takdir yang sudah Allah tuliskan sebelum kita lahir. Saya harap bapak bisa mengerti apa maksud saya" tegas Naira.
Arfan masih diam, pasalnya ia tidak terlalu banyak mengerti masalah agama. Bisa dibilang ilmu agama Naira lebih menonjol dibandingkan olehnya.
"Kalau begitu saya permisi pak. Assalamualaikum"pamit Naira kemudian segera keluar dari ruangan Arfan.
"Waalaikumsalam"
Ketika Naira keluar dari ruangan Arfan, ia melihat sahabatnya Aisyah seperti sedang mengikuti seseorang.
"Ais..."panggil Naira.
Aisyah yang merasa dipanggil pun ia menoleh.
"Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu mau tunggu aku di perpus?"tanya Naira.
"Tadi aku mau beli minum" jawab Aisyah.
"Kamu tadi lagi ngikuti siapa?"tanya Naira lagi.
"Emm... Nanti aku jelasin, tapi nggak disini"kata Aisyah menarik tangan Naira menuju perpus.
"Kenapa?"
Tanpa menjawab Aisyah tetap berjalan dan mengabaikan pertanyaan Naira. Naira juga bingung dengan kelakuan sahabatnya ini, pasalnya Aisyah tidak pernah sebegininya.
Sampai di perpustakaan kampus
"Ais, kenapa tadi kamu nggak jawab pertanyaan aku"ucap Naira kesal.
"Iya deh, maaf. Lagian ini aku juga mau jelasin ke kamu" kata Aisyah dan mengajak Naira duduk di sebelah pojok, agar tidak ada yang bisa mendengar obrolan mereka.
"Kenapa disini? Biasanya di depan" ucap Naira bingung.
"Takut kedengaran orang" ujar Aisyah yang membuat Naira semakin bingung dengan kelakuannya.
"Gini Nai, tadi aku ngguin kamu di perpus, tapi kamu nggak datang-datang jadi aku memutuskan untuk beli minuman dulu" ucap Aisyah memberi jeda.
"Maaf ya, nunggu lama" segal Naira merasa bersalah.
"Tidak apa-apa"ucap Aisyah.
"Terus?"kata Naira penasaran.
"Tadi aku nggak sengaja liat Maura lagi berdiri di depan ruangan pak Arfan. Sepertinya dia sedang menguping pembicaraan kamu dengan pak Arfan. Soalnya saat dia sadar kalau aku ada di sana, dia langsung pergi gitu aja. Emangnya kamu lagi ngomongin apa sih sama pak Arfan?"ucap Aisyah menjelaskan apa yang ia liat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Teman Kecil
Romance*Naira Alisya Az-zahra* Tidak pernah menyangka bahwa dosen selama ini sering menghancurkan mood-nya, karna sifat dingin dan menyebalkan bagi Naira, dia adalah teman masa kecilnya, yang ia rindukan selama belasan tahun dan selalu ia sisipkan namanya...