6

3.3K 512 60
                                    

"Selamat datang, Namjoonie~"

Namjoon menatap Hoseok yang menyambutnya pulang dengan mengenakan celemek dan topi koki yang dibuat dari kertas karton. Terlihat lucu dan menggemaskan sebenarnya. Hanya saja situasi hati Namjoon sedang tidak bagus. Jadi dia hanya bisa merespon dengan senyuman dan usapan di pipi Hoseok.

"Ada apa, Namjoon?" Hoseok langsung menyadari ada yang berbeda dari Namjoon. Ia langsung menarik Namjoon dan memintanya duduk di sofa. Hoseok cemas melihat raut sendu di wajah Namjoon.

"Ada sesuatu yang terjadi?" Hoseok bertanya dengan lembut. Ia sama sekali tak melepaskan pegangan tangannya pada Namjoon. Dia khawatir.

Namjoon masih tetap diam memandang tubuh transparan Hoseok di hadapannya. Meski transparan, setiap sentuhan Hoseok terasa begitu nyata. Membuat Namjoon sering kali melupakan fakta kalau Hoseok hidup di dunia yang berbeda dengannya. 'Hoseok-ah, apa aku salah kalau mengharapkanmu belum mati dan hanya sedang tertidur di suatu tempat yang tidak diketahui?'

Namjoon tak sanggup mengutarakan apa yang ada di pikirannya saat ini. Dia takut Hoseok akan tersinggung dan merasa sakit hati. Jadi ia hanya bisa memendam pertanyaan itu dalam hatinya.

"Hoseok-ah..."

"Ya?"

Namjoon kembali mengusap pipi Hoseok. Senyumnya merekah walau tak sepenuhnya menutup rasa sesaknya. "Aku sudah menemukan biodatamu di daftar alumni sekolah..."

Mata Hoseok membulat. "Benarkah?!"

Namjoon mengangguk. "Dan ternyata kita seumuran..." ucapnya diiringi kekehan kecil. Ia lalu mengeluarkan smartphone dan buku notes kecil dari saku kemejanya. Ia membuka galeri ponselnya, menunjukkan foto kelulusan Hoseok yang tadi sempat difotonya.

"Ini aku?"

"Benar..." Namjoon menggeser layar ponselnya, menunjukkan foto yang lain. "Dan ini adalah teman-temanmu..."

Hoseok termenung menatap foto sekumpulan murid yang sedang memeluk dirinya. Hatinya menghangat. "Aku merasa familiar dengan mereka..."

"Tentu saja. Meskipun kehilangan memorimu semasa hidup, mereka tetap orang-orang yang menemani dan menyayangimu saat di sekolah dulu..."

Namjoon menepuk bahu Hoseok lembut. "Maaf, hanya segini yang bisa kutemukan..."

Hoseok bersandar di bahu Namjoon. "Gomawo, Namjoon. Ini sudah sangat membuatku lega. Setidaknya aku sekarang sudah tahu tanggal lahirku sendiri..."

Namjoon tersenyum melihat sikap manis Hoseok. Setelah ini, Namjoon bertekat untuk mencari tahu sejelas mungkin soal Hoseok. Tak peduli berapapun lamanya.

"Oh ya, aku sendiri belum tahu tanggal lahir Namjoon..."

"Aku tanggal 12 September..."

"Hoo~ lebih tua aku!" seru Hoseok seraya bertepuk tangan heboh. Namjoon tertawa lalu menjitak kepala  Hoseok main-main. "Cuma beda tujuh bulan."

"Itu termasuk jauh, tahu!"

"Iya iya, Hoseokie~"

"Panggil aku 'hyung'!"

"Tidak mau."

"Iish..."

.

.

.

.

.

Namjoon berdiri di depan sebuah rumah bergaya modern minimalis yang nampak begitu asri dengan kebun bunga dan kolam air manjur mini di halaman depannya. Ia melirik notes di tangannya sekali lagi. Memastikan alamat yang ditujunya itu tidak salah.

[NamSeok] ✔️ - Ghost! My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang