5

3.5K 545 93
                                    

Namjoon tertawa terpingkal-pingkal saat Hoseok bercerita soal Nam ahjumma. Tadi dia baru saja sampai dan belum sempat melepas sepatunya saat Hoseok mendadak menghampirinya dengan raut wajah panik dan menariknya untuk duduk di sofa dan mendengar penjelasannya.

"Kenapa kau tertawa, Kim Namjoon?"

Namjoon yang melihat Hoseok sewot akhirnya berusaha mengerem tawanya. "Maaf, Hoseok. Habisnya tadi kau terlihat ketakutan begitu dan bilang padaku kalau kau sudah melakukan sesuatu yang buruk. Kupikir kau habis mengutil di toko atau apa lalu ketahuan. Hehehe..."

"Aku hantu Namjoon. Kalaupun aku mengutil dan ketahuan, orang pun tak akan mau menangkapku dan justru akan ketakutan." ucap Hoseok dengan nada kesal. Hantu manis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Bibirnya mengerucut dan pipinya menggembung lucu. Namjoon terkekeh lalu mengusak kepala Hoseok dan membuat rambutnya berantakan.

"Maaf, maaf. Tapi soal Nam ahjumma nanti biar aku yang urus. Dan aku berniat memberitahu yang sebenarnya. Kau tak keberatan, kan?"

Hoseok menatap Namjoon lurus. Ia seperti menimbang-nimbang sesuatu. "Kau...yakin? Bagaimana kalau ahjumma itu menyuruhmu pindah?"

Kau kan bisa ikut aku pindah juga, Hoseok. Lagipula aku tak berencana pindah. Kamar ini sudah sangat nyaman untukku..." ucapan Namjoon itu berhasil membuat Hoseok tenang. Melihat ekspresi Hoseok yang tak sepanik tadi, Namjoon menyeringai. "Wae? Kau takut kalau aku pergi dan meninggalkanmu?" tanyanya iseng. Tangannya terulur mengambil minuman kaleng di meja dan menyeruputnya sedikit.

Namjoon pikir Hoseok akan salah tingkah dan malu-malu dengan perkataannya itu. Tapi ternyata yang Namjoon lihat adalah Hoseok yang mengangguk, mengiyakan pertanyaannya. Jawaban yang keluar dari mulut hantu manis itu bahkan nyaris membuat Namjoon tersedak. "Aku takut kalau kau akan benar-benar pergi, Namjoon. Aku tidak mau sendirian dan kehilangan satu-satunya orang yang bisa melihatku dan menganggapku sebagai teman. Aku sudah terlanjur menyayangimu..."

Maksud Hoseok di sini sebenarnya adalah rasa sayang sebagai teman. Tapi entah kenapa Namjoon jadi gugup dan merona sendiri mendengarnya. Ia meletakkan kaleng minumannya di meja lalu berdehem pelan untuk menutupi kegugupannya.  Ia tersenyum menatap Hoseok. Tangannya meraih tangan transparan milik Hoseok.

"Aku tidak akan kemana-mana. Aku sudah janji akan menemani dan membantumu dan aku akan menepati janjiku."

Tanpa diduga, Hoseok menghambur memeluk Namjoon erat. Kepalanya bersandar di antara bahu dan ceruk leher Namjoon sementara tangannya melingkar erat di pinggang guru muda itu. "Gomawo, Namjoonie. Aku sangat menyayangimu..." ujarnya tulus.

Lagi, wajah Namjoon memerah mendengarnya. Ia tahu Hoseok mengatakan hal itu karena menganggapnya sebagai teman yang berharga. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Namjoon jadi sedikit berharap pada ucapan Hoseok itu.

'Apakah salah kalau aku menyukainya?'

"Oh ya, Hoseok..."

"Hm?"

"Aku belum bisa mencari info tentangmu tadi karena ada rapat besar. Dan aku diminta untuk ikut. Maaf, ya..."

"Tidak apa-apa. Masih ada hari besok, besok, dan besoknya lagi. Aku tidak mau permintaanku justru mengganggu pekerjaanmu. Jadi kau tetap utamakan saja pekerjaanmu di sekolah..." ucap Hoseok sambil kembali menyamankan posisinya dalam pelukan Namjoon. Tak menyadari yang dipeluknya itu saat ini sudah sangat salah tingkah.

.

.

.

.

[NamSeok] ✔️ - Ghost! My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang