13

2.8K 472 36
                                    

Namjoon memakai setelan tuksedonya malas. Dia benar-benar tidak ingin pergi ke acara makan malam keluarganya. Berkali-kali Hoseok melihatnya menghela nafas dengan raut wajah kesal.

"Jangan cemberut begitu..."

Hoseok melayang mendekat ke arah Namjoon. Dia melihat dasi kupu-kupu yang dipakai Namjoon miring dan hendak membetulkan posisinya. "Sini kurapikan sekalian rambutmu..."

Hoseok mengambil pomade milik Namjoon dan mulai menata rambut Namjoon dengan cepat dan hasil yang bagus. "Sudah selesai, pak guru~"

Namjoon tersenyum melihat Hoseok yang meledeknya dengan sebutan 'pak guru'. Yah...setidaknya tingkah manis Hoseok bisa membuat suasana hatinya sedikit membaik.

"Sana berangkat. Nanti kau telat kalau tidak cepat-cepat."

"Kau tak ingin ikut?"

"Boleh?"

"Tentu saja."

Namjoon justru berharap Hoseok ikut. Meskipun nanti di tempat umum mereka tak bisa mengobrol, setidaknya memandangi Hoseok saja selama acara makan malam yang membosankan akan membuat mood Namjoon membaik.

.

.

.

.

.

"Ini dia yang ditunggu akhirnya datang juga~"

Namjoon menatap malas ke arah sang ibu yang kelewat semangat menyambutnya. Namjoon menghampiri dua keluarga yang sudah berkumpul itu lalu membungkuk hormat. "Maaf aku terlambat..."

"Tidak, tidak. Kamu sama sekali tidak terlambat nak. Ayo duduk dulu. Makanan pembuka akan dihidangkan sebentar lagi."

Sementara Namjoon meladeni basa-basi kedua orang tuanya beserta teman mereka, Hoseok sibuk memperhatikan suasana di restoran kelas atas itu. Dia tak berhenti berdecak kagum melihat betapa mewahnya interior di dalam dan luar restoran. Para waiter dan waitress juga sangat berkelas dalam melayani para pelanggan yang jelas berasal dari kalangan ekonomi kelas atas.

"Rasanya aku seperti sedang masuk ke dunia drama tentang anak-anak chaebol..." celetuk Hoseok yang masih terkagum-kagum. "Aku ingin lihat dapurnya, ah..."

Namjoon bisa melihat Hoseok yang melayang menembus pintu dapur. Ingin tersenyum, tapi Namjoon sebisa mungkin menahan ekspresi datar di wajahnya.

"...lalu dia lebih memilih jadi guru karena itu cita-citanya dari kecil. Iya kan, Namjoon?"

"Ah? Ada apa?" Namjoon terkejut saat bahunya ditepuk oleh sang ayah.

"Kamu melamun?"

"Maaf, aku kurang fokus tadi..." Namjoon mengusap tengkuknya seraya tersenyum sungkan. Sepasang suami istri teman orang tuanya tertawa maklum. "Sepertinya Namjoon kurang istirahat. Terkadang jadi guru itu berat, ya? Memeriksa tugas murid, membuat soal, dan lain-lain..."

"Begitulah, tuan Jo..."

"Panggil saja 'samchun', Namjoon. Atau kalau kau mau kau bisa memanggilku 'abeoji'. Hahaha!"

"Haha...ha....." Namjoon tertawa tak niat sementara keempat orang tua di sana tertawa lepas.

"Oh ya, kalian belum berkenalan, kan? Namjoon, ini Jo Haseul, anak perempuanku satu-satunya. Dan Haseul, ini Namjoon yang pernah appa ceritakan padamu waktu itu..."

Namjoon dan Haseul berdiri untuk saling berjabat tangan seraya sedikit membungkukkan tubuh mereka sebelum kembali duduk.

"Aih...mereka berdua ini kaku sekali. Ahahaha!"

[NamSeok] ✔️ - Ghost! My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang