7. He is Missing ?

2.2K 160 13
                                    

Jisoo POV

Aku menyusuri koridor kantor dengan muka yang kutebak sudah cukup kusut. Bekerja beberapa bulan di Posco tidak membuatku segera terbiasa untuk berpikir berat. Rambutku yang seharian kuikat, akhirnya kulepas juga. Kuperiksa lipstik di bibirku yang sudah memudar lalu mengolesinya lagi. Jam pulang tetap menjadi jam favorit. Tapi sepertinya aku tidak akan langsung pulang sekarang karena beberapa saat yang lalu Taehyung memintaku untuk bertemu.

"Kim Jisoo?" panggil seseorang dari dalam ruangan direktur. Dari suaranya bisa kutebak jika itu adalah direktur kami. Aku lalu menengok masuk ke dalam ruangannya. Pria separuh baya itu tersenyum sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Ya Pak, ada apa?" tanyaku dengan sopan seperti biasa. Bekerja dengannya beberapa bulan, aku bisa tahu bahwa direkturku ini adalah orang yang baik. Bekerja di bidang IT selalu membuat orang semacam aku pusing, tapi beruntung aku memiliki atasan yang sangat pengertian dan jauh dari menekan.

"Hmm, saya ingin meminta tolong sesuatu padamu. Bisa kan?"

"Pertolongan semacam apa, Pak?"

"Project yang kau kerjakan itu, sudah ada klien yang akan memesannya dalam jumlah besar. Jika tidak keberatan, aku ingin kau melakukan presentasi besok untuk produkmu itu."

"Oh, tentu saja. Itu bukan pertolongan pak, tapi memang sudah kewajiban saya."

"Baguslah. Aku tahu kau cukup pusing akhir-akhir ini karena project itu. Senang rasanya mendengarmu bersedia presentasi besok."

Setelah berpamitan, aku benar-benar berjalan keluar dari kantor. Ah, jika besok aku harus melakukan presentasi di depan klien, berarti aku harus mempersiapkannya malam ini? Sial juga. Akhirnya aku mengirim pesan kepada Taehyung untuk membatalkan pertemuan kami.

Kalau kuingat, aku tidak bertemu dengannya sejak pesta peringatan pernikahan orang tuanya waktu itu. Jadi hampir sebulan kami tidak bertemu. Ini mungkin menjadi rekor terbesar bagi kami. Ya mau bagaimana lagi, dia sekarang direktur dan aku juga sudah bekerja. Bahkan untuk saling mengunjungi saja sudah tidak ada waktu. Memastikan Taehyung baik-baik saja mungkin sudah cukup.

Membicarakan pesta peringatan pernikahan orang tua Taehyung, berarti itu juga menjadi pertemuan terakhirku dengan Seokjin. Lagi-lagi malam yang panas itu kembali teringat. Hingga beberapa hari setelah kejadian itu, aku benar-benar banyak berpikir. Mengapa bisa terjadi, mengapa aku, dan mengapa Seokjin menghilang sampai sekarang? Sebenarnya sampai sekarang pun aku masih berpikir hal yang sama sih. Pagi setelah kami menghabiskan waktu, Seokjin sudah tidak ada di kamarnya, meninggalkan pesan manis di kertas, sepaket sarapan, dan seperangkat baju untukku.

Seokjin benar-benar tidak memberiku kabar hingga sekarang. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menganggap peristiwa itu tidak pernah terjadi, walaupun sebenarnya aku akan selalu mengingatnya. Bagaimanapun, mungkin ini akan lebih sulit daripada ketika aku melakukannya dengan Jungkook. Tentu saja aku mengenal Seokjin sangat dekat dibanding Jungkook yang hanya kukenal tiga hari. Menghilangkan jejak ingatan dari Jungkook lebih mudah dibanding melupakan dengan Seokjin. Itupun Jungkook juga aku belum bisa lupa hingga sekarang.

Memasuki apartemen kecilku bisa menjadi hal yang paling aku nantikan dalam sehari, tapi juga bisa menjadi hal yang paling memuakkan. Sendirian lagi, di sebuah ruangan berukuran beberapa meter ini. Akhir-akhir ini aku berpikir untuk membeli apartemen yang lebih luas supaya hatiku tidak semakin sempit. Entah kenapa rasanya aku mulai kesepian dengan hari-hari yang selalu sendiri. Biasanya akan ada Taehyung atau Seokjin yang datang untuk makan bersama. Sekarang Taehyung sudah sibuk dengan urusannya, sedangkan aku tidak bisa menjamin hubunganku dengan Seokjin akan bisa seperti dulu.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang