22. New Apartement

1.7K 129 8
                                    

"Aku sudah membereskan apartemenmu," ucap Taehyung. Kami sedang berada di cafe di dekat kantornya.

"Oh, terimakasih Taehyung-ah," balasku.

"Kau akan tinggal di sana lagi atau...."

Aku menyandarkan tubuhku di kursi tempatku duduk tepat ketika Taehyung tidak melanjutkan kalimatnya. Membayangkan tinggal di sana sendirian lagi kenapa rasanya begitu malas. Sudah dua minggu ini aku tinggal bersama Seokjin dan sangat menyamankan. Tidak, bukan berarti kami selalu berbuat aneh-aneh. Kadang kau bersama orang yang kau cintai tanpa berbicara atau melakukan apapun saja sudah tenang. Sekedar melihatnya berkegiatan di satu atap yang sama saja sudah bahagia.

"Kau mau tinggal bersama hyung?" tanya Taehyung sambil menyipitkan matanya, seolah mengatakan itu ide yang buruk.

"Entahlah, tapi untuk kembali ke apartemen itu rasanya sedikit malas...."

"Atau kau ingin pindah apartemen saja?"

"Ide yang bagus."

Bibirnya merapat, matanya masih menatapku tapi seperti sambil berpikir. Jari-jari panjangnya mengetuk-ngetuk meja, menegaskan kalau memang dia sedang memikirkan sesuatu. Yang kulakukan hanya meminum kembali kopi yang hampir dingin karena kami sudah di sini hampir satu jam.

"Baiklah aku bantu mencarikan apartemen yang lebih nyaman dan aman."

***

Suara hujan yang deras masih terdengar di luar. Senja sudah berlalu, waktu beranjak semakin malam. Tapi Seokjin belum pulang. Pagi tadi dia memang mengatakan akan ke Busan hari ini untuk mengurus resortnya yang ada di sana. Aku kembali ke ruang tengah, duduk di sofa besar Seokjin hingga tubuhku setengah berbaring. Kusembunyikan tubuh di dalam selimut sambil meneruskan menonton drama.

Hanya berselang sekitar sepuluh menit kemudian seseorang terdengar memencet kode pintu apartemen. Seokjin. Saat-saat mengetahui bahwa dia pulang seperti ini adalah momen yang paling melegakan sepanjang hari. Rasanya seperti sudah lengkap untuk menutup hari ini. Seolah aku siap menghadapi hari esok kalau kami sudah sama-sama berada di rumah.

Senyumnya cukup manis menyapaku yang masih anteng di depan TV. Tidak butuh waktu lama untuknya membereskan diri, lalu menyusulku di ruang tengah. Aku juga sudah membuatkan coklat panas untuknya selagi Seokjin mandi tadi. Aku langsung memeluk pinggangnya ketika dia mendudukkan dirinya di sampingku.

"Oh, wawww," ucapnya karena sedikit kaget dengan tindakanku. Tapi tangannya menangkup bahuku dan membuat kepalaku bersandar di dadanya. Momen seperti ini diam-diam menjadi momen favorit. Cuddling, menonton TV sambil menikmati coklat panas. Seokjin mengusap lembut rambutku sebelum kemudian mengecup puncak kepalaku yang tepat berada di bawah dagunya. Aku mendongakkan kepalaku, membuat posisi dudukku lebih tinggi hingga sekarang kepalaku bersembunyi di curuk lehernya. Aku mengusak hidungku di sana, meraup aroma tubuh Seokjin yang selalu kurindukan, lalu mengecup pipinya sekilas.

"Ada apa ini, tumben?" tanya Seokjin. Memang tidak biasanya aku se clingy ini padanya. Jujur saja aku masih kepikiran untuk pindah apartemen, aku akan sangat merindukan momen seperti ini.

"Tadi Taehyung mengatakan kalau sudah membereskan apartemenku."

"Iya, dia sudah cerita. Lalu?"

Kepalaku masih berada di lehernya, menghirup aromanya seolah heater yang menghangatkan di malam yang cukup dingin ini. Jari jemarinya masih membelai rambutku dengan membelah-belah seperti gerakan menyisir dengan lembut.

"Aku berpikir untuk pindah apartemen."

"Apartemen ini kan maksudmu?"

"Bukan, oppa. Tentu saja bukan."

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang