25. Secret

1.4K 120 30
                                    

Seokjin mengamati dengan cermat diam-diam apa yang dilihatnya sekarang. Jisoo yang sudah berada di apartemen Taehyung sepagi ini dengan sup gomtang di dapur Taehyung. Jisoo memang sudah mengatakan pada Seokjin akan bersama Taehyung semalam tadi karena sahabatnya itu mabuk berat. Tapi tentu tidak semudah itu membuat Seokjin percaya seratus persen. Pria tampan itu punya pengamatan yang baik walau terkesan tidak peduli pada hal-hal kecil.

Setelah membiarkan Seokjin masuk, Taehyung memilih untuk pamit mandi daripada memiliki gelagat yang mencurigakan bagi kakaknya. Walaupun awalnya agak aneh menerima kenyataan bahwa Seokjin berpacaran dengan Jisoo, tapi Taehyung tetap saja merasa bersalah karena mencium Jisoo dengan paksa semalam.

Sementara Seokjin memilih mengabaikan suasana awkward yg terjadi. Nanti Seokjin akan mencari tahu. Sekarang dia duduk di depan Jisoo yang sedang makan roti panggangnya. Indah, Jisoo tidak pernah gagal untuk membuat Seokjin nyaman untuk sekedar memandangnya. Walau hanya dengan sepasang celana training dan hoodie kebesarannya, Jisoo malah terlihat cute. Makan roti dengan mulut yang mengembung, ingin sekali Seokjin mendekap gadis itu jadinya. Tapi hanya senyum yang lolos menghiasi bibir Seokjin, membuat gadis yang diperhatikan menatapnya heran. Dan itu berhasil membuat Jisoo dua kali lipat lebih cute.


"Kenapa oppa?" tanya Jisoo heran melihat kekasihnya tersenyum-senyum.

"Melihat kau makan roti jadi ingin memakanmu sepagi ini."

Kalimat itu berhasil membuat rona merah di pipi Jisoo tiba-tiba muncul. Mulutnya yang dari tadi mengunyah roti jadi terdiam sejenak, lalu meminum kopi yang ada di depannya. Sepagi ini Seokjin sudah menggombal dan Jisoo selalu saja termakan, membuatnya salah tingkah walau nyatanya mereka sudah melakukan hal-hal terintim.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Seokjin setelah puas melihat gadisnya tersipu.

"Mau malas-malasan seharian."

"Ikutkan aku dalam rencanamu."

"Aku tidak yakin."

"Hmmm.... Kenapa? Aku tidak ada rencana apapun."

"Setelah kalimatmu barusan. Aku yakin kau tidak membiarkanku malas-malasan."

Seokjin terkekeh. Padahal raut mukanya sudah dibuat sesantai mungkin, tapi Jisoo selalu bisa menebak apa yang ada di dalam otak prianya.

***

Jungkook tidak pernah merasakan waktu berjalan selambat ini. Detik, menit, jam, hari, minggu, Jungkook hanya berharap waktu segera berlalu. Weekend tidak lagi semenarik satu tahun yang lalu. Seharusnya Jungkook sedang berpesta dengan teman-temannya seperti biasa, jika hari ini adalah satu tahun lalu dan masih berada di Australia atau Kanada. 

Ketika kakinya menginjak Korea, Jungkook sadar akan ada banyak perubahan image dalam kehidupannya. Bukan lagi Jungkook yang suka berpesta, bukan lagi Jungkook yang tidak pulang saat weekend. Jungkook harus menjadi anak baik dan penurut seperti harapan ayahnya selama ini. Menjadi anak seorang yang mencalonkan diri jadi presiden, Jungkook harus benar-benar menjaga pergaulan.

Sekarang seorang Jungkook sedang menghabiskan weekendnya di sebuah taman sekitar apartemennya dengan sebotol jus yang ada di tangannya. Tidak menghabiskan weekend sebenarnya, Jungkook hanya sedang jogging untuk membunuh paginya yang terasa panjang. Setelah berlari hampir satu jam, dia memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di salah satu bangku taman.

Satu-satunya orang yang membuat dunianya lebih berwarna sudah benar-benar tidak bisa diraih. Masih teringat jelas ketika pertama kali Jungkook bertemu dengan Jisoo di Brisbane. Wanita korea yang tidak terganggu sama sekali dengan budaya korea. Jungkook tahu bahwa siapapun orang korea yang pergi ke Australia untuk bekerja dan berlibur pasti banyak menerima prasangka yang kurang menyenangkan. Mereka yang pergi ke negara lain untuk bekerja berarti tidak mendapat pekerjaan di Korea dan menjadi orang yang terkucilkan dari pergaulan. 

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang