8. Sick

2K 168 23
                                    

Kim Jisoo POV

Menjadi pekerja keras di Korea itu memang tidak main-main. Sangat bisa orang bekerja itu hampir 24 jam. Kadang aku juga tak habis pikir, kenapa passion untuk meniti karir sebegitu besarnya hingga orang-orang korea tidak lagi bisa menikmati hidup masing-masing. Hidup hanya sekali, seberapa besar sebenarnya kekayaan yang ingin mereka kumpulkan dan benarkan jika sudah kaya, mereka bisa menikmati hidup dengan baik?

Tentu saja dari semua pemikiran dan pertanyaan yang muncul di otakku jawabannya sudah jelas, iya. Bagaimana manusia bisa hidup bahagia dengan kemiskinan? Aku mungkin juga bisa bahagia karena mengenal Taehyung dan pria yang menjadi sahabatku itu sudah mendukung banyak atas kehidupanku. Aku tidak mau terus menerus menjadikan Taehyung pendukung kehidupanku, karena pada akhirnya kami akan memiliki kehidupan masing-masing.

Sekarang aku termasuk dalam orang-orang korea yang bekerja hampir 24 jam, untuk menjadi kaya. Biasanya kalau sudah pusing karena terlalu sibuk bekerja begini, memang otakku jadi berpikir macam-macam. Ironis memang, sebagai manusia yang suka mengamati budaya orang Korea yang lumayan toxic ini, kini aku juga harus menerima takdir sebagai orang korea, bekerja keras untuk harta.

Sekali lagi kulirik jam dinding di kamarku, sudah jam 1 dini hari. Sekarang adalah jumat malam, harusnya besok dan minggu aku memiliki weekend yang menyenangkan. Tapi lagi-lagi, aku terjebak dalam tujuan hidup untuk menjadi kaya, tetap bekerja untuk project baru perusahaan kami. Yang menggoda adalah jika aku bisa mengerjakan project ini maka bonus dari direktur sudah menanti dan jalan menjadi kaya akan segera terbuka untukku.

Kepalaku sebenarnya sudah pusing sejak pagi tadi. Aku juga merasa sedikit demam. Tapi aku tidak punya pilihan lain ketika sudah menyanggupi pekerjaan ini. Jadi aku tetap berada di depan laptopku untuk mengerjakannya malam ini. 

Tiba-tiba handphoneku bergetar, menunjukkan sebuah pesan.

Taehyung : Jaga kesehatan, aku tidak bisa menemanimu. Minum obat dan air hangat, jangan terus bekerja!

Percayalah, diperhatikan sekecil itu pun membuatku sudah bahagia. Aku tidak sendiri, setidaknya ada Taehyung di dunia ini yang tahu aku ada dan eksis. Baru saja mau membalas pesan Taehyung, perutku tiba-tiba mual. Aku langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang mengganggu perutku.

Kakiku melangkah dengan sedikit bergetar, hingga aku harus meraba dinding untuk menyokong langkahku kembali ke kamar. Aku benar-benar sakit rupanya. Memegang dahi sendiri pun juga tidak bisa merasakan panasnya suhu tubuhku. Lalu aku mengambil termometer di lemari kecil yang berisi P3K. Kubaringkan tubuhku, lalu mengukur suhu tubuhku sendiri. Aku menarik napas yang panjang ketika melihat angka 39 di termometer. Pantas saja aku sampai muntah, saking panasnya badanku. Kusembunyikan tubuhku di bawah selimut tebal di tempat tidurku. Aku harus istirahat.

***

Aroma masakan yang menyeruak hingga kamar tidurku membuatku akhirnya terbangun juga dari tidur. Aku mencoba meraba keadaan, masih berada di kamarku sendiri dan kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam 11 siang. Berarti aku sudah tidur selama 10 jam lebih. Ku pegang dahiku sendiri, ada tempelan penurun panas. Seseorang berarti datang sebelum aku bangun. Jelas sih, bau masakan ini kalau tidak Taehyung ya Seokjin. Kemungkinannya adalah Seokjin, karena Taehyung akan memilih membeli makanan matang.

Aku berhenti berpikir ketika rasa mual kembali datang tiba-tiba. Aku langsung bangun lalu bergegas cepat menuju kamar mandi ketika sesuatu bergejolak dari perutku. Rupanya badanku belum pulih, walaupun kurasakan panas tubuhku sudah turun.

"Jisooo-yaaaa! Kau kenapa?" tanya seseorang dari luar kamar mandi. Dari suaranya aku sudah memastikan bahwa dia memang Seokjin. Aku masih terus memuntahkan isi perutku yang tidak ada apapun, jadi tidak bisa menjawab panggilannya dari luar kamar mandi. Seokjin masuk ke kamar mandi lalu membantuku dengan memijat tengkukku. Muntahku semakin menjadi, tapi sumpah aku tidak mengeluarkan apapun dari mulutku, hanya ludah karena aku memang tidak makan dari semalam.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang