10. What Are We ?

2.3K 167 14
                                    

Kim Jisoo POV

Aku benar-benar mulai meragukan hubunganku dengan Seokjin sekarang. Mengapa aku bisa seemosional ini hingga aku menjatuhkan diri kembali padanya, dalam rengkuhan tubuhnya hanya karena tidak suka melihat dia memikirkan Jennie. Apa peduliku sebenarnya? Seharusnya aku tidak peduli apakah dia sedang sedih atau bahagia. Tapi kenapa aku tidak bisa menahan diri? Bagian mana yang membuatku tidak suka, Seokjin merokok, Seokjin bersedih, atau Seokjin memikirkan Jennie?

"Mungkin semuanya," gumamku lirih ketika Seokjin menghentikan sebentar ciuman kami.

"Apa?" tanyanya lirih juga, mendengarku menggumam tidak jelas.

"Apa yang membuatku sebal, kau merokok atau kau yang bersedih karena Jennie?" kataku padanya sambil saling menatap lekat. Tangannya mengelus kepalaku, masih memiliki pandangan yang menggebu.

"Aku tidak bersedih karena Jennie. Dan aku tidak merokok ketika menciummu."

"Kau gila, oppa."

"Memang."

Lalu Seokjin kembali meleburkan bibir kami yang sudah kelewat lembab. Tubuhku benar-benar terhimpit tak bisa bisa bergerak di bawah tubuhnya. Entah kenapa begitu cepatnya aku merasa berada dalam kuasanya. Lalu tanpa aba-aba dia mulai melepas kancing blouseku, menyentuhkan tangannya pada tubuhku bagian manapun sambil bibirnya terus mengeksplor mulutku.

Wajahnya bisa kulihat tetap sempurna dalam keremangan cahaya lampu kamar. Aku bisa melihat siluet hidung dan bibirnya begitu menakjubkan ketika dia melepas pakaian yang menutup tubuhnya. Lalu sebuah smirk yang tiba-tiba muncul di bibir tebalnya ketika menyadari tidak ada lagi kain yang menutupi tubuh kami. Ini begitu cepat, rasa kuasa dalam sentuhannya terasa begitu singkat. Tak percaya bahwa aku merindukan sentuhan ini. Aku memang gila, anggap saja begitu.

Aku mengumpat dengan hebat ketika tanpa aku sadari Seokjin menyentuh pusat tubuhku. Dengan lidahnya. Kakiku dengan gampangnya membuka untuknya lebar, menambah intensitas sentuhannya yang membuatku semakin naik ke puncak. Sudah kukatakan aku memang gila, tapi rasanya tidak cukup. Jika ada kata lain yang menggambarkan kegilaanku yang berlipat-lipat, aku akan memilihnya.

Tanganku memukul-mukul ranjang karena Seokjin begitu agresif bergerak di pusat tubuhku. Rasanya ingin berteriak cukup, tapi aku tahu aku menginginkannya lebih. Setelah desahanku keluar semakin tidak terkontrol, akhirnya Seokjin melepasku dari siksaan kenikmatan yang dia berikan. Bibirnya kembali mencium bibirku, memaksa diriku merasakan aroma tubuhku sendiri. Oh shiiitt, mengumpatpun rasanya tidak cukup. Seokjin benar-benar menghabisiku.

Tangan kekarnya terus menyentuh tubuhku tanpa melewatkan seinchipun. Aku menikmatinya. Sangat. Begitu ajaib rasanya ketika kulit kami saling menyentuh, hangat, berdebar, lelah namun tidak ingin berhenti. Lalu aku menyentuhnya, bagian paling sensitif miliknya. Hingga Seokjin berbaring tidak berdaya di bawah tubuhku. Rambutnya yang mulai panjang terlihat berantakan di bantal putih miliknya. Aku tidak akan melupakan begitu indah visualnya sekarang. Seokjin berada di kuasaku.

Rambutku diremas lembut ketika dengan gesitnya kepalaku bergerak pada pusat tubuhnya. Aku tahu dia sedang menahan diri, untuk tidak ikut menggerakkan kepalaku. Semakin lama, jambakan rambutku oleh tangannya semakin mengeras seiring desahannya yang semakin bertempo cepat. Lalu tiba-tiba dia melepaskan mulutku dari pusat tubuhnya. Yang dilakukan kemudian adalah membimbingku untuk duduk di atas tubuhnya.

Kami sama-sama memejamkan mata ketika dengan apik tubuhku menancap di tubuhnya. Tangan mungilku bertopang di absnya yang samar sementara vein lengannya mengekar ketika dia memijat pinggangku yang mulai bergerak. Tubuhku menarik tubuhnya begitu kuat, menyentuhkan setiap inchi pusat tubuhnya yang berada di dalamku. Seokjin begitu sempurna memasukiku. Aku menengadah, sementara tangannya mulai meremas dadaku dengan agresif hingga keduanya kemerahan. Gerakanku semakin cepat, membuat kami benar-benar mendaki puncak yang dinantikan.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang