16. Brothers

1.8K 169 45
                                    

Kim Jisoo POV


Keputusanku untuk tidak menceritakan kisah Seokjin dan aku pada Taehyung adalah benar. Alangkah lucu jika aku sudah terlanjur bercerita tapi Seokjin masih memiliki kisah juga dengan Jennie. Sekarang yang jadi masalah adalah bagaimana jika Taehyung tahu bahwa Jennie calon istrinya masih berani berciuman dengan Seokjin kakaknya sendiri. Aku sudah memutuskan bahwa perasaanku pada Seokjin masih terbatas terpesona, mengagumi, menyukai, dan kenyataan sudah menamparku cukup keras untuk segera berhenti memiliki perasaan itu. Lalu bagaimana dengan Taehyung jika mengetahui semuanya.

"Ehmmm....," dehem seseorang, Jungkook. Aku baru ingat kalau sekarang telah berada di apartemen mewah Jeon Jungkook. Pria itu sudah berganti baju rumahan yang membuatnya tampak nyata dan terjangkau. Memakai kaos lengan panjang kedodoran dan celana training hangat, seperti manusia korea pada umumnya.

"Kau tidak ingin mengganti pakaianmu, noona? Biar lebih nyaman," tawarnya.

"Tidak perlu. Aku tidak berencana menginap," kataku.

"Oke baiklah...."

Aku duduk di sebuah bar kecil yang menyambung langsung dengan ruang makan bergaya minimalis di apartemen Jungkook. Pria itu berjalan menuju pojok ruangan yang terdapat seperangkat speaker, menyetel musik soft dengan volume yang tidak terlalu keras. Aku senang bahwa Jungkook berusaha membuatku nyaman.

"Kau sengaja memutar musik biar aku ingat roadtrip kita di Australia," ejekku ketika aku sadar lagu apa yang dia putar. Jungkook tersenyum kecil menunjukkan gigi kelincinya yang manis. Segelas wine diberikan padaku, lalu pria itu duduk di sebelahku. Lantunan Paper Heart memenuhi ruangan. Apa yang bisa kuingat tentang Jungkook, selain perjalanan panas yang hot waktu itu.

"Jadi apa yang membuatmu seharian melamun, Jisoo noona?"

"Memangnya kau siap mendengar alasanku?" tanyaku dengan mata menyipit. Melihat mukanya yang inosen membuatku sekejap lupa apa yang kupikirkan. Kenapa Jungkook bisa seimut ini, jadi ingin menggodanya.

"Ehm... tidak usah, jangan bercerita kalau begitu," ucapnya sambil menggeleng. Aku tertawa cukup keras.

"Kau ini... Lucu sekali," kataku.

"Aku punya feeling kalau noona sedang memikirkan pria lain. Rasanya tidak mau menerima itu kenyataan."

"Kau benar."

"Menyebalkan."

Aku meneguk sedikit wineku setelah melepas senyumku pada Jungkook.

"Tapi sepertinya pria lain itu sedang tidak bisa menyenangkanmu, noona? Jadi kesempatanku lebih besar."

"Kesempatan untuk apa?" tanyaku. 

"Memilikimu, tentu saja."

"Aku bukan milik siapa-siapa. Aku milikku sendiri, you know."

"Benar juga. Ah, pokoknya begitulah. Aku ingin cuma noona dan aku yang saling berhak."

"Kalimatmu, aku tak paham, Kook."

"Bohong. Noona, pasti paham. Kalau tidak, nanti aku buat paham, tapi tidak pakai penjelasan lagi lo."

Kalau sudah seperti ini aku memilih diam dan menerimanya saja. Bibirnya boleh terus tersenyum, tapi tatapan Jungkook mulai menajam. Bagaimana bisa dalam satu waktu dia memiliki dua karakter seperti ini. Besok ketika kami sudah kembali bekerja di kantor, dia akan berubah lagi menjadi Jungkook yang kaku dan dingin. Berapa banyak kepribadian yang dia koleksi dalam dirinya.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang