6. Game

2.7K 168 12
                                    

Kim Jisoo POV

Ini aneh. Aku bukan orang yang mudah tertarik dengan seorang pria - kecuali Jungkook, sementara pria itu sekarang entah dimana. Sekarang tiba-tiba saja aku merasakan degub yang cukup kencang ketika berjalan di depan pria bernama Kim Seokjin ini. Kami sekarang berjalan menuju ke kamarnya, sesuai dengan permintaannya beberapa menit yang lalu. Rasanya punggungku berlubang karena tatapan Seokjin. Bukan berarti aku bisa memindah mataku ke belakang, hanya saja aku merasakan kalau Seokjin terus menatapku sambil berjalan di belakangku. Itu membuat tubuhku juga cukup merinding sekarang. 

Benar saja, sesaat setelah kami sampai di depan pintu kamarnya, aku berhenti dan membalikkan tubuhku ke Seokjin, mendapati pria itu tengah benar-benar menatapku. Aku tidak pernah merasakan kecanggungan yang tiba-tiba muncul ketika bersama Seokjin seperti sekarang ini. Lalu dengan santainya dia meraih pundakku, kemudian dengan satu tangannya, membuka pintu kamar dan membimbingku masuk.

"Apa ini, kita jadi seperti teman kencan saja," kataku ketika Seokjin menyentuh punggungku ketika membimbingku masuk. Lagi-lagi smirk itu aku lihat berkembang di bibirnya. Sial sekali, tampan.

"Anggap saja begitu. Lagipula kau juga sudah dewasa kan," kata Seokjin sambil tersenyum dengan tatapan yang tidak biasa. Belum sempat aku membalas perkataannya, Seokjin mengeluarkan sebotol wine dari salah satu rak mewah di samping sebuah bar kecil.

"Wine saja ya, aku tidak mau kita berakhir mabuk karena terlalu banyak alkohol," kata Seokjin. Aku telah mendudukkan tubuhku dan Seokjin ikut duduk di sebelahku. Tepat kami duduk tepat berhadapan dengan sebuah kaca jendela resort sehingga kami bisa melihat kilauan lampu kota yang cukup indah.

Satu menit, dua menit, tiga menit, entah sampai menit ke berapa aku dan Seokjin menghabiskan waktu dalam kediaman. Hanya bunyi sentilan gelas wine sebelum kami meneguknya tadi.

"Apa kita tidak akan berbicara sama sekali sampai besok pagi?" celetukku karena sudah tidak tahan berdiam dengan Seokjin sekian menit.

"Loh, aku tidak melarangmu berbicara. Bicaralah, aku akan meresponnya," katanya tapi sama sekali tidak menoleh ke arahku.

Aku tidak puas, tapi aku terjebak dalam pemandangan yang begitu menakjubkan ketika menoleh ke arahnya. Betapa kreatur wajahnya begitu indah jika diperhatikan dari samping. Mata Seokjin memang selalu terkesan berbinar, tapi kali ini terasa lebih nanar. Hidungnya benar-benar sempurna terpahat begitu apik dengan proporsi wajah yang kecil. Dan bibirnya... Rasanya.... Ah, mungkin aku sudah mabuk karena wine yang sebenarnya belum segelas aku meminumnya. Bagaimana aku bisa berpikir untuk mencium bibir itu. Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

"Iya, aku tahu aku tampan. Ingin menciumku?" tanya Seokjin tiba-tiba membuatku cukup salah tingkah. Aku langsung berdehem dan membuang mukaku darinya. Apa dia memiliki kemampuan untuk membaca pikiran atau bagaimana?

"Kau juga cukup seksi malam ini, aku jadi benar-benar berpikir kau memang sudah dewasa," kata Seokjin. Kali ini dia yang menghadapkan tubuhnya padaku. Aku perhatikan tangannya sudah tidak memegang gelas wine lagi. Justru tangan kanannya berada di sandaran kursiku, sedangkan tangan kirinya menahan di meja tepat di depanku, membuat tubuh kami lebih dekat.

"Oppa, aku memang sudah dewasa. Aku sudah 24 tahun," jelasku, alih-alih menghilangkan rasa gugupku yang tidak mau pergi sedari tadi.

Aku melihatnya mengamati wajahku dengan seksama. Memperhatikan semua komponennya mulai dari mata, pipi, mungkin hidung, dan berhenti di bibirku. Rasanya kenapa ngilu sekali, karena aku sekarang juga melakukan hal yang sama. Aku tidak tahu kenapa suasana ini begitu sensual. Aroma wine dalam tubuhnya mungkin telah bercampur dengan feromon sekarang. Apalagi lampu ruangan yang berwarna kuning temaram membuat kami terhanyut dalam suasana yang baru pertama kali aku alami.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang