30. Hurt

1.6K 140 40
                                    

Yang paling jelas terasa ketika Jisoo membuka matanya adalah rasa pening yang sangat di kepala. Jisoo mencoba memegang kepalanya yang pening dengan tangan kanan, tapi tidak bisa. Hanya ada rasa remuk di sekujur tubuh, terutama di bagian pundak dan lengan kanan. Masih penasaran, Jisoo mencoba menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri. Sembari menggelengkan kepalanya, Jisoo mempelajari dimana dia berada sekarang. Sebuah ruang tanpa dinding, hanya dibatasi tirai berwarna biru muda.

Jisoo berbaring masih mengenakan pakaian kerjanya. Cepat sekali menyadari bahwa dia sekarang berada di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit. Beruntung, dia mengingat semuanya, artinya kecelakaan di tangga darurat tadi tidak membuatnya amnesia.

"Jisoo, kau bagaimana, apa yang kau rasakan?" tanya seseorang yang tiba-tiba masuk melalui tirai biru muda.

Sepertinya Jisoo tidak boleh terlalu bersyukur karena tidak amnesia. Karena sekarang lelaki di depannya membuat wajahnya merah memanas saking malunya. Pria yang dia hindari hingga membuatnya jatuh dari tangga darurat, justru menjadi orang pertama yang dia lihat ketika siuman. Kim Seokjin.

"O-oh, kepalaku pusing," ucap Jisoo jujur.

Seokjin mendekati Jisoo dan menyentuh kedua pundaknya karena Jisoo mencoba bergerak.

"Hm, jangan bergerak dulu. Sendi pundakmu keseleo, akan sakit kalau bergerak," kata Seokjin. Jisoo manut, lalu terdiam dalam seribu bahasa alien di otaknya. Belum lagi perasaan campur aduk antara pusing, malu, mual, hingga ingin pingsan lagi. 

Lalu sosok lain datang dari balik tirai dengan raut tak kalah khawatir, Jungkook.

"Noona, kau baik-baik saja? Ah, salah... Maksudku, apa sakit sekali, di sini?" tanya Jungkook sambil menyentuh pundak kanannya sambil mengatur nafas. Jisoo tidak paham apa Jungkook mendatanginya dengan berlari sehingga nafasnya terengah. Padahal seharusnya di ruang gawat darurat ini banyak orang dan tidak memungkinkan pria sebesar dia berlari seenaknya. Tangan Jungkook yang menyentuh pundak kanan Jisoo, membuat wanita itu melihat ke arah pundaknya. Ah, memang benar bagian paling sakit adalah pundak kanannya.

"Apa tulang lengan ku patah, Kook?" tanya Jisoo pada Jungkook. Mengabaikan total pria lain yang berdiri di antara mereka.

"Tidak..... Hanya retak," jawab Jungkook ragu.

Hanya retak ya? Sudah hatinya retak, sekarang lengan pun ikut retak. Jisoo meratapi nasib untuk ke sekian kali. 

"Kau tidak kembali ke kantor, Jungkook? Kurasa ada beberapa hal yang mustinya kau bereskan sekarang," kata Seokjin. Kalimat itu membuat Jungkook melepas tangannya dari pundak Jisoo.

"Lha terus Jisoo noona bagaimana kalau aku ke kantor?" tanya Jungkook balik.

"Biar aku yang mengurusnya."

Jungkook mengerutkan alisnya, menatap tidak puas kepada Seokjin yang sekarang telinganya memerah.

"Kau yakin akan mengurus Jisoo noona, hyung?" tanya Jungkook tidak percaya.

"Memangnya siapa kalau bukan aku?"

Jisoo ingin sekali menghilang dari muka bumi melihat perdebatan yang segera dimulai oleh kakak beradik di depannya itu.

"Ya aku, tentu saja. Atau Taehyung hyung," Jungkook masih menjawab, sewot.

"Kenapa kau ngeyel sih, sana kembali ke kantor?" Seokjin mulai sebal karena Jungkook mengeyel tidak jelas.

"Iya, aku kembali ke kantor. Tapi kau janji akan mengurus Jisoo noona, jangan ditinggal lagi," ancam Jungkook halus. Bahkan tanpa embel-embel 'hyung' lagi pada kalimatnya. Seokjin kesal bukan main, setengah malu dan benar-benar sebal dengan adik tirinya yang sok melindungi mantan kekasih. Sekarang otaknya tiba-tiba penasaran sejauh apa kedekatan mereka berdua sejak Jisoo putus dengannya.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang