23. Misunderstanding

1.5K 140 14
                                    

Kim Jisoo POV

Suasana kantor pagi ini sedikit berbeda. Ada beberapa orang yang memenuhi ruangan tempatku bekerja sekarang, mereka sedang duduk di ruang tengah, tepat di depan ruangan Jungkook. Salah satu karyawan tadi mengatakan bahwa mereka adalah media yang akan mewawancarai Jungkook terkait pencalonan ayahnya menjadi presiden. Aku masih sedikit tidak biasa mengetahui kenyataan itu. Ingatanku kembali memutar peristiwa yang membuatku akhirnya pindah apartemen.

Lalu sosok yang ditunggu akhirnya keluar juga. Aku cukup kaget ketika Jungkook tahu bahwa aku berada di salah satu bagian depan ruangannya sambil terlihat seperti melamun. Namun pria itu tidak mengatakan apapun. Tatapan dingin dan kaku ciri khasnya muncul, lalu melewati tempatku berdiri begitu saja. Aku tidak tahu apakah ini treatnya ketika berada di kantor atau memang dia sebal padaku yang sekarang menjadi kekasih kakaknya, bisa saja dua-duanya menjadi alasan. Aku memilih mengabaikannya dan menuju ke ruanganku. 

Jika kau sedang tidak berada dalam keadaan normal, biasanya relativitas waktu sangat berlaku. Seperti hari ini, kantor yang terlihat sibuk karena awak media membuat waktu rasanya cepat berlalu. Ada alasan lain sebenarnya, Jungkook. Seharian ini dia tidak memanggilku ke ruangannya. Ya memang tidak seharusnya aku berharap dia akan bersikap normal setelah semua kejadian ini, tapi ya memang itu yang kuharapkan.

"Jisoo-sshi," panggil seseorang, Jimin. Aku lihat pria itu sudah berada di ambang pintu ruanganku. Baru saja aku akan pulang, tapi akhirnya terhenti juga karena pria berbibir tebal itu.

"Ya, Jimin-sshi?"

Pria itu memasuki ruanganku dan menyerahkan selembar hard paper.

"Invitation?"

"Weekend ini, ulang tahun Posco. Kau tidak lupa kan?"

Dan memang aku lupa. Jimin menangkap ekspresiku dan sekarang matanya menyipit.

"Disukai direktur Posco yang akan menjadi CEO Posco harusnya kau tidak melupakan hari penting perusahaan," ledeknya sambil tersenyum kecil.

"Hei, Jimin. Jangan berkata sembarangan."

"Aku sudah dengar tentang kau dan direktur Jeon."

"Hah?"

"Kau lupa kalau aku berteman dengan Taehyung."

Aku merapatkan bibirku. Seperti tidak ingin dan tidak dapat mengatakan apapun. Bagaimana Taehyung bisa bercerita tentang itu pada Jimin.

"Jangan salah paham. Ini bukan berarti pertemuan-pertemuanku dengannya hanya membicarakan kau dan direktur Jeon."

"Taehyung bercerita apa saja?"

"Lebih tepatnya mencari informasi tentangmu dan direktur Jeon."

"Untuk apa?"

Jimin mengangkat bahunya, "Entahlah."

"Bukankah tak perlu alasan kalau Taehyung mencari tahu apapun tentangmu? Bukankah dia memang harusnya tahu semuanya tentangmu. Lagipula mereka juga saudara kan," lanjutnya.

Aku menghela nafas panjang. Apa tidak cukup kejujuranku pada Taehyung hingga dia mencari informasi pada Jimin, cukup kesal juga. Ah tapi bisa jadi Taehyung bertanya pada Jimin sebelum aku bercerita. Tapi tidak juga, malam itu ketika aku berada di apartemen Jungkook, Taehyung benar-benar terlihat kaget. Dia pasti tidak sedang pura-pura kaget kan.

"Uh, cukup memalukan."

Jimin tertawa kecil.

"Memangnya kenapa malu? Wajar saja sih direktur mendekatimu. Kau cantik, pintar, seksi. Bisa saja aku yang mendekatimu kalau aku tidak tahu direktur Jeon menyukaimu."

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang