28. Broken Heart

1.3K 134 38
                                    

Kim Seokjin itu dewasa. Hingga setiap kata-kata yang mengalir dari bibir tebalnya tidak bisa disangkal oleh siapapun, termasuk Kim Jisoo. Wanita itu tidak bisa membalas apapun ketika Seokjin meminta berdiskusi untuk mengakhiri hubungan mereka. Berdiskusi itu pun istilah yang dikeluarkan dari mulut Seokjin karena nyatanya Jisoo tidak suka dengan keputusan itu. Daripada berdiskusi, dalam pembicaraan mereka kemarin lebih terlihat Seokjin yang memberi keputusan sepihak. Tapi pria itu terlalu pintar menyusun kata-kata yang amat logis hingga Jisoo terdoktrin bahwa berakhirnya hubungan mereka adalah keputusan berdua.

Jisoo sampai tidak bisa berbuat apapun termasuk bagaimana hatinya akan menghadapi hal yang baru lagi. Pelajaran hidupnya akan bertambah. Setelah menjadi yatim piatu sejak bayi, Jisoo kini harus siap menjalani hari-hari sebagai orang yang putus cinta. Patah hati. Hancur. Sedih.

Tidak ada bekas air mata atau apapun dari wajahnya karena Jisoo memang tidak menangis semalam. Tapi otaknya begitu kosong. Tidur hampir pagi karena memikirkan perkataan Seokjin hingga bangun kesiangan dan akhirnya tidak masuk kerja. Isi kepalanya berperang dengan isi hati yang mulai gundah.

Kim Seokjin itu jahat. Sebuah teori baru di kepala Jisoo ketika memikirkan pria itu semalaman. Bagaimana bisa mengakhiri hubungan dengan cara seperti ini. Meninggalkan Jisoo yang sedang cinta-cintanya pada Seokjin. Setelah melambungkan hatinya begitu tinggi, sekarang dihempas sekeras-kerasnya di lantai, pecah berantakan.

Yang paling menyedihkan adalah alasan putusnya mereka, tidak bisa Jisoo sangkal. Jisoo tidak suka berada di posisinya sekarang. Dengan alasan tidak mau statusnya menjadi pendukung kedekatan Jungkook dengannya, Seokjin rela memutuskan Jisoo.

"Sampai kapanpun, kau tetap sulit jika ingin bersama dengan Jungkook. Aku mengusulkan kita berpisah agar Jungkook tidak lagi dekat denganmu. Perasaan kalian hanya akan tumbuh, tapi kau tidak akan pernah bisa memiliki Jungkook seutuhnya. Aku tidak mau itu terjadi."

Kalimat Seokjin yang terngiang itu masih membuat kepala Jisoo begitu pusing. Jika ingin bersama Jungkook? Pada bagian mana Jisoo menginginkan bersama Jungkook? Semalaman dia memikirkan dirinya sendiri, perasaan, dan kemungkinan condongnya hati ke siapa. Dan jawabannya sudah jelas. Karena itu kalimat Seokjin yang terputar di otaknya membuatnya sangat pening. Kenapa semalam Jisoo hanya diam dan menerima keputusan Seokjin? Kenapa lidahnya terlalu kelu untuk mengkalimatkan apa yang dia pikirkan.

Lalu ketika Jungkook tahu bahwa Jisoo putus dengan Seokjin, apakah dengan serta merta anak itu tidak mendekati Jisoo? Rasanya tidak mungkin. Berarti ada tidaknya status kekasih Seokjin yang disandang Jisoo tidak akan mempengaruhi tekat Jungkook untuk terus menyukai Jisoo. Bukan begitu? Maka Seokjin hanyalah seorang yang egois yang tidak ingin menambah pikiran dengan menyimpan cemburu yang sebenarnya tidak perlu. Apalagi yang diinginkan Seokjin darinya? Hati? Tubuh? Bahkan seluruh jiwa raganya sudah diberikan pada Seokjin, sepenuhnya.

"Damn it!" Jisoo mengumpat. 

Putus dengan Seokjin bisa menjadi hal yang sederhana - artinya kesedihan hati Jisoo yang bisa ditanggungnya sendiri, tapi bisa juga menjadi hal yang ribet. Dia harus menghadapi Taehyung yang pasti mencak-mencak pada kakaknya sendiri karena telah menyakiti hati Jisoo. Sebenarnya untuk hal itu Jisoo tidak mau ambil pusing. Kalau boleh, Jisoo ingin sekali meminta Taehyung memukul Seokjin biar muka tampannya memar-memar seperti pertama kali pria itu meminta menjadi kekasihnya.

Masalah lainnya adalah Jungkook. Ada dua kemungkinan ketika Jisoo tidak lagi menjadi kekasih Seokjin. Pertama, bisa jadi Jungkook menjaga jarak karena sudah tidak ada alasan lagi untuk dekat-dekat dengan Jisoo. Kedua, kebalikan kemungkinan yang pertama. Karena Jung Hyun sudah baik, bisa jadi Jungkook nekat dekat dengan Jisoo, diam-diam. Seperti dulu. Lagi-lagi Jisoo mengumpat. Sepertinya Tuhan memberikan hidup yang sangat adil. Di saat karirnya begitu bagus, dia dihadapkan dengan masalah cinta. Mungkin banyak orang di luar sana yang memiliki kisah asmara yang lancar, tapi tidak dengan karir. Semuanya tidak enak.

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang