31. Love is Not Over

3K 158 45
                                    

Malam ini tidak pernah ada dalam rencana Jisoo. Tapi bukan berarti hal yang tidak diharapkan juga. Perasaan leganya ternodai dengan rasa salah tingkah setengah sebal dan malu. Belum lagi perasaan nelangsa beberapa hari sebelumnya. Seokjin masih menemaninya walaupun waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Walaupun berada di apartemen sendiri, Jisoo tidak bisa berbuat banyak. Hanya merasa leluasa pun kini tidak bisa.

Jisoo tidak melihat tanda-tanda bahwa Seokjin akan pergi dari rumahnya malam ini. Pria itu dengan luwes membersihkan diri bahkan mengganti pakaiannya yang masih utuh pada satu drawer di kamar Jisoo. Mengusak rambut yang setengah basah dari kamar mandi, Seokjin berdiri mengamati Jisoo yang masih terbaring setengah duduk di tempat tidurnya. Sebuah pemandangan yang menyegarkan mata bagi Jisoo. Wangi sabun menyeruak dari tubuh Seokjin, wangi yang juga sama dengan tubuhnya. Kalau saja Seokjin masih kekasihnya, mungkin jemarinya sudah menjelajah pada punggung basah sang pria. Dan yang jelas, tidak ada kaos putih yang terpakai di tubuh Seokjin. Laki-laki itu lebih memilih melilitkan handuk untuk menutup bagian intimnya, sekalian memamerkan pada Jisoo tentang tubuhnya yang sempurna. Tapi sekarang dengan kaos putih dan sweatpants hitam bergaris putih itu, Jisoo yakin Seokjin tidak sedang ingin menggodanya.

Entah apa yang terjadi pada ekspresi Jisoo sekarang hanya karena rambut Seokjin yang setengah basah, pria itu melihatnya dengan menyipitkan mata, memfokuskan perhatian pada Jisoo, lalu mendekat.

"Apa rasanya masih sangat sakit?" tanya Seokjin yang kini diketahui Jisoo sudah berada di sisi tempat tidurnya. Setelah mandi dan makan yang semuanya dilayani oleh Seokjin, Jisoo jelas merasa lebih baik walaupun sakit di lengannya masih terasa. Tapi Jisoo tidak bisa memungkiri perasaan yang melega karena Seokjin menemaninya malam ini.

Sebuah anggukan dan gelengan diberikan Jisoo pada Seokjin bergantian. Si pria semakin bingung, iya atau tidak?

"Sampai bingung menjawab iya atau tidak? Kau ini kenapa?" pertanyaan dengan intonasi tenang meluncur dari bibir tebal Seokjin. Jisoo tidak suka ini, Seokjin terlalu tenang dibanding perasaannya sendiri. Tadi saat Jisoo keluar dari kamar mandi, dia yakin mendengar Seokjin setengah berteriak pada Taehyung di telepon. Lalu sekarang, dia berbicara setenang ini pada mantan kekasih.

"Wajahmu merah, aku harap suhu tubuhmu tidak naik," kata Seokjin lagi. Kali ini tangannya menyentuh pipi Jisoo yang memang memerah. Jika saja Seokjin tahu bahwa merahnya pipi hanya karena imajinasi. Untuk sekarang Jisoo berharap Seokjin tidak tahu.

"Hm, aku tidak bisa menyuruhmu untuk meminum obat penurun panas, karena akan terlalu banyak obat yang tertelan. Mungkin sekarang kau harus tidur, Jisoo-ya."

Dan kali ini Jisoo mengangguk speerti anak yang patuh. Senyum melengkung di bibir Seokjin, bisa-bisanya gadis ini membuatnya begitu gemas ingin menggigit saat tubuhnya sakit pun.

"Daritadi kau tidak menjawab oppa. Sepertinya oppa sedang berbicara dengan tembok?" protes Seokjin, tidak sesuai dengan isi hatinya yang memuja kecantikan Jisoo walau sedang berwajah pucat.

"Hmm, iya rasanya masih sakit, tapi tidak separah tadi. Terimakasih oppa sudah merawatku," Jisoo berusaha memberikan intonasi setenang Seokjin dan dia merasa berhasil.

"Oppa tidak pulang?" sebuah pertanyaan yang jelas bertentangan dengan batin Jisoo sendiri. Yang ditanya mengerutkan dahi, lalu malah duduk di tepi ranjang tepat di samping Jisoo.

"Aku tidak akan meninggalkanmu," Seokjin sudah menggugurkan seluruh gengsinya. "Dan jangan coba mengusirku."

Kalaupun Jisoo ingin mengusir, itu karena dia tidak bisa menghadapi hatinya yang sekarang mulai berdebar lagi karena Seokjin. Sudah sekian lama bersama dan jelas saling cinta, tapi debar itu tak mau berhenti juga. Susah sekali memberi pengertian pada jiwanya bahwa Seokjin bukan lagi kekasihnya. Kalau saja perasaan itu berwujud, ingin sekali Jisoo memberikan hukuman dengan mengurungnya di kamar mandi sampai tidak mengulangi kesalahan (berdebar karena mantan).

Dualisme [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang