The Second Time

5.5K 211 4
                                    

Happy reading
Vote&coment

'sial! Sial!' kata itu terus berguman di mulut Raina. Raina terus melangkahkan kaki nya untuk menuju ke kost nya. Entah ada angin apa pak dwi menyuruh nya untuk mengoreksi hasil ulangan milik kelas nya dan beberapa tugas dari beberapa kelas lain nya.

Dan berakhir Raina pulang magrib seperti ini, sudah tidak ada kendaraan umum, batre ponsel habis, dan Danu pun tidak masuk kuliah karena ada urusan keluarga di luar kota.

Jalanan begitu sepi, tumben sekali biasanya jalan ini ramai, suasana ini membuat bulu kuduk Raina merinding.

"astagfirullah, kenapa sepi banget sih."monolog Raina.

Dug

Raina terjatuh karena tiba-tiba sebuah mobil menyenggol belakang kaki nya, dengan na'as raina terjatuh seperti posisi orang berlutut.

Aws

Ringis Raina yang merasa peri di tangan nya akibat menahan tubuh nya agar tidak terjungkal ke bawah.

"maaf...maaf," ucap pemilik mobil itu, tapi wait Raina merasa mengenal suara itu, bahkan sangat-sangat mengenal!

Raina menengok dan dam it! Dugaan Raina benar, siapa lagi kalau bukan si presma sedeng itu.

"eh,"kaget halim saat siapa yang ia srempet nya itu.

"ah eh ah eh! Bukannya ditolongin!"ucap Raina sambil berusaha bangun.

"sorry, saya gak sengaja."ujar Halim yang hanya di jawab deheman oleh Raina.

"ikut saya!"

"aw! Sakit bego!"Ringis Raina karena halim menyentuh luka di tangan nya.

"tangan nya luka?" tanya halim sambil melihat luka di siku tangan nya.

"enggak! Tadi ini kena eskrim!"Jawab asal Raina.

"ngawur!"ujar Halim dan menarik Raina masuk ke dalam mobil nya.

"heh mau kemana?"tanya Raina saat Halim menjalankan mobil nya.

"ke rumah saya."jawab Halim singkat.

"ngapain?" tanya raina dengan muka cengo nya.

"mulung."jawab asal Halim.

"yang bener njir?!"tanya Raina lagi.

"saya mau ngobatin luka kamu, karena dimobil saya gak ada kotak P3K, paham?"jelas Halim Raina hanya mengangguk-angguk. Tapi detik berikut nya....

"APA! ENGGAK! MENDING ANTERIN GUE PULANG!"teriak Raina kencang membuat halim refleks menutup telinga nya.

"ih lo gak denger ucapan gue tadi? Gue mau pulang!"

"nanti setelah tangan kamu diobatin."jawab nya.

Raina hanya menghela nafas, percuma ia mengotot untuk meminta Halim mengantarkan nya pulang saja tapi Halim tidak akan mendengarkan kata-kata nya itu. Padahal luka kecil besok juga sembuh gak perlu pengobatan khusus! Itu yang ada di pikiran Raina sekarang.

Mobil Halim berhenti di sebuah Rumah mewah yang cukup Elegan, memang perumahan yang Halim tempatin ini perumahan mewah yang pasti nya isi nya semua orang berduit.

"ayo turun."ucap Halim.

Raina turun, dan matang terpuka dengan desain interior yang terdapat di pintu Rumah Halim.

Halim membuka pintu, dan Wah! Desain rumah ini benar-benar Elegan, tidak terlalu terlihat mewah tapi enak untuk dipandang.

"loh neng Raina?"ucap ibu Diana membuat Raina sadar.

"eh bu,"kikuk Raina.

"duduk dulu, Halim lagi ngambil kotak obat tadi."

"iya bu,"jawab Raina sambil tersenyum.

"gimana kuliahnya?" tanya bu diana dengan basa-basi

"alhamdulillah bu, lancar masih mahasiswa baru jadi belum terlalu banyak tugas."jawab Raina sambil tersenyum kecil.

"nah itu, Halim, ibu tinggal dulu ya."ujar bu Diana yang diberi anggukan oleh Raina.

Halim duduk di sebelah Raina, menarik tangan Raina yang terluka dan mengobati tangan Raina.

Halim mengobati tangan Raina dengan telaten, Membuat Raina terpaku. Raina menatap wajah intens Halim mulai dari mata yang indah yang selalu menatap nya tajam, hidung yang mancung, kulit yang bersih dan jangan lupakan lesung yang akan terlihat ketika ia tersenyum, tapi yang disayangkan dirinya jarang sekali tersenyum membuatnya tak terlihat.

Manik mata mereka bertemu, ketika Halim mendongak mensejajarkan wajah nya. Mata mereka saling mengunci entah apa yang mereka salurkan lewat tatapan intens itu.

"ekhem."dehem Halim memutuskan kontak mata mereka.

Halim menempelkan plester dengan motif bunga dan berwarna biru ke luka tangan Raina.

"selesai." ucap halim saat berhasil menempel plester di luka raina.

"makasih."ujar Raina dengan nada lembut berbeda dengan nada yang selalu ia kenakan ketika bersama halim.

"ayo saya antar pulang,"ajak Halim Raina hanya mengangguk dan mengekori Halim yang sudah berjalan di depan nya.

Di dalam perjalanan hanya kecanggungan yang terjadi, tidak ada Raina yang berisik dan Halim yang nyebelin. Mereka sama-sama bungkam entah karena apa, semuanya benar-benar canggung.

"sekali lagi makasih."ucap Raina saat mobil Halim telah sampai di Kost nya.

"sama-sama."jawab Halim sambil tersenyum dan menampilkan lensungnya membuat nya semakin manis.

Raina mengempas tubuhnya ke kasur, memjamkan matanya memutar kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Potongan-potongan bayangkan membuat kepala nya pusing, sering semua hal itu terjadi dan Raina selalu gagal mengartikan potongan bayangan ini. Sekuat otak nya mengartikan bayangan itu semakin pusing kepala nya.

Raina menghilangkan bayangan itu dan memaksakan dirinya untuk terlelap karena hari yang lelah ini, membuat nya sulit mengartikan semua nya, dan sekarang ia yang ingin istirahat.














***

Udah jatuh cinta sama presma?

Lanjut?

Vote&coment!




Cirebon, jum'at 29 november 2019.

PRESMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang